Kisah Ni Luh Puspa: Sosok 'Wong Cilik' Pernah jadi Pemecah Batu hingga Jurnalis, Kini Jabat Wamenpar
Ni Luh Puspa ditunjuk menjadi Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) oleh Presiden Prabowo Subianto.
Ni Luh Puspa ditunjuk menjadi Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) oleh Presiden Prabowo Subianto. Pencapaian mantan jurnalis televisi nasional itu bukan hal mudah.
Sedari kecil, Puspa telah menjalani perjalanan hidup yang cukup berat sebagai masyarakat dari kalangan ‘wong cilik’.
- Diperintah Prabowo, Begini Gerak Cepat Panglima TNI Datangi Korban Erupsi Lewotobi
- Kembali Dikenang, Prabowo ke Maruli Simanjuntak 'Satu-Satunya Perwira yang Digendong Presiden Prabowo'
- Terungkap, Puan Blak-blakan Pramono Diutus Megawati Temui Prabowo
- Ditanya Mengapa Penting Jadi Presiden RI di Depan Para Pemimpin Dunia, Prabowo Subianto Langsung Blak-blakan
Puspa dilantik Presiden Prabowo bersama puluhan wamen lainnya di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (21/10) sore. Tampil anggun dengan kebaya khas Bali berwarna pink, Puspa ditemani oleh suami dan ayahnya.
“Tak pernah saya bayangkan bisa berada pada titik ini,” kata Ni Luh Puspa, Rabu (23/10).
Perempuan yang bernama asli Ni Luh Enik Ermawati tersebut mengaku bersyukur atas kesempatan menjadi wamen. Puspa berterima kasih atas amanah yang diberikan untuknya.
“Menjadi kehormatan dari Bapak H. Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka selaku Presiden RI dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 bagi saya untuk berkontribusi di dunia pariwisata Indonesia sebagai Wakil Menteri Pariwisata Republik Indonesia 2024-2029,” tuturnya.
“Terima kasih Bapak Presiden Prabowo yang sudah mempercayakan amanah ini kepada saya,” lanjut Puspa.
Puspa yang berasal dari Desa Selat, Buleleng, Bali, berprofesi sebagai jurnalis televisi sebelum diangkat menjadi wamen oleh Prabowo. Ia akhirnya memutuskan melepas statusnya sebagai jurnalis kenamaan dan menerima tawaran Prabowo untuk bergabung di Kabinet Merah Putih.
“Dari saat pertama diberi kesempatan oleh Pak Prabowo dan Mas Gibran masuk dalam kabinet yang beliau pimpin, saya berkontemplasi, berdiskusi dengan suami dan keluarga,” ungkap Puspa.
“Dan setelah saya berkontemplasi, saya yakin ini bukan tentang politik atau tentang kepentingan, tapi ini tentang tugas negara,” sambung wanita Bali yang lahir pada 18 November 1986 itu.
Dengan tugas negara ini, Puspa merasa terpanggil untuk bisa memberi yang terbaik serta berkontribusi dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab.
“Saat negara memanggil, di situlah saya tergerak dan menguatkan tekat untuk bergabung dengan Kabinet Pak Prabowo dan Mas Gibran,” sebut Puspa.
Apalagi, Puspa mendapat dukungan dari keluarganya untuk tugas mulia ini. Puspa merupakan wanita pertama asal Buleleng yang berhasil duduk pada kursi pimpinan lembaga negara, khususnya sebagai Wakil Menteri. Ia juga menjadi wamen di Kabinet Prabowo yang beragama Hindu.
“Respons keluarga tentunya sangat mendukung penuh, sekali lagi karena ini panggilan tugas untuk negara maka semua anggota keluarga berpendapat yang sama untuk nama bangsa serta mendoakan,” tuturnya.
Cerita Hidup Ni Luh Puspa
Puspa sendiri diketahui menjalani masa kecil yang tidak mudah dengan banyak pengalaman berpindah tempat. Saat kecil, ia ikut orangtuanya yang mengikuti program transmigrasi ke Sulawesi. Namun di usia 7 tahun, Puspa kembali ke Bali dan tumbuh besar dalam asuhan kakek dan neneknya.
Tinggal di desa kecil, Puspa dahulu hidup di kampung yang tidak ada listrik dan sulit air. Saat berangkat sekolah, dia juga harus melewati jalur yang cukup menantang karena keterbatasan infrastruktur.
Puspa kecil juga harus bekerja membantu kakek dan neneknya demi mencukupi kebutuhan hidup mereka. Ia juga pernah menjual tali buatan sang kakek hingga ayam di kampungnya. Bahkan Ni Luh Puspa sempat jadi tukang pemecah batu.
Ketika menempuh SMA, Puspa pun bersekolah sambil kerja sebagai asisten rumah tangga (ART). Sebagai anak pertama, ia memilih bekerja daripada mengambil beasiswa kuliah demi membantu sekolah adik.
Selain ART, Puspa pernah menjadi sales keliling dan cleaning service, staf hotel, hingga buruh di pabrik garmen. Dari hasil kerjanya, ia menabung hingga bisa kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Karena melanjutkan kuliah di umur 24 tahun, Puspa sempat diejek karena sudah tua baru kuliah.
Puspa sendiri mengawaki karir di dunia jurnalistik pada tahun 2010 ketika magang di sebuah radio lokal di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia juga sempat bergabung dengan Sun TV Makassar sebagai presenter pada 2012.
Karir Puspa semakin meroket setelah pada 2018 bergabung dengan Kompas TV. Karena dedikasi di dunia jurnalistik dan kemampuan berbicaranya, namanya makin dikenal publik.
Bahkan Puspa dipercaya untuk membawakan program dengan namanya sendiri, NI LUH, yang membahas berbagai isu sosial, politik, dan budaya. Keahlian Puspa meng-influence masyarakat ini yang mungkin membuat Prabowo memilihnya untuk mengurus dunia pariwisata Indonesia.
Kini Puspa siap bekerja membantu Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana selama 5 tahun ke depan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah berdiri, Kementerian Pariwisata dipimpin oleh Menteri dan Wakil Menterinya yang keduanya sama-sama wanita.
“Saya siap membantu Ibu Menteri Pariwisata, Ibu Widiyanti Putri Wardhana untuk memajukan sektor pariwisata di Tanah Air. Berbagai program dan inisiatif akan kita akslerasi bersama berkesinambungan dengan Kementerian Ekonomi Kreatif,” kata Puspa.
Tugas Prabowo untuk Kemenpar
Seperti diketahui, Presiden Prabowo kini memecah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Menpar Widiyanti telah mengungkapkan 6 program kerja prioritas yang akan dilakukan dalam enam bulan ke depan.
Keenam program tersebut yakni hearing aspirasi transformasi pariwisata dengan pihak-pihak terkait, tourism 5.0 seperti pemasaran Calendar of Events berbasis digital dan AI travel assistance, serta perumusan grand strategy penggunaan Indonesia Quality Tourism Fund untuk diversifikasi atraksi nusantara dan acara berskala internasional.
Program prioritas berikutnya adalah merancang kerja sama dengan instansi kelas dunia untuk transfer of knowledge guna mewujudkan sekolah unggulan pariwisata kelas dunia. Menpar Widiyanti juga menyebut pemisahan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Ekonomi Kreatif tetap memberikan peluang untuk sinergi dan kolaborasi berkesinambungan yang erat antara dua kementerian ini.
Puspa pun yakin dapat memberikan kontribusi terbaiknya. Menjadi warga Bali yang dikenal dengan sebutan ‘The Last Paradise on Earth’ membuatnya banyak mengenal dunia pariwisata.
“Perjalanan ke depan tentu akan ada tantangan dan rintangan, tapi saya selalu bersyukur atas setiap kesempatan untuk dapat mengabdi pada bangsa dan negara,” ungkapnya.
“Tentunya dukungan dari masyarakat juga saya perlukan untuk menjalankan pengabdian ini. Dan saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan doa dan dukungan untuk saya,” tutup Puspa.