Kisah pasutri lansia bertahan hidup pasca benca di Jembrana
"Gubuk kami memang sudah sangat lama dan sudah lapuk. Kami tidak mampu memperbaiki. Hanya ini yang kami punya, kami pilih bertahan," katanya.
Bencana banjir bandang yang melanda wilayah Kabupaten Jembrana, tidak membuat Made Suangga (70) dan istrinya Nyoman Narsih (60) bergeser dari gubuk reyotnya.
Lansia yang tinggal di Banjar Rangdu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, ini memilih bertahan lantaran gubuknya masih dirasa aman dari bahaya banjir.
-
Di mana banjir bandang ini terjadi? Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi meminta bantuan dana Rp1,5 triliun untuk penanganan bencana alam banjir bandang di daerahnya.
-
Di mana banjir terjadi di Semarang? Banjir terjadi di daerah Kaligawe dan sebagian Genuk.
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa saja yang menjadi dampak dari banjir bandang di Sumatera Barat? Bencana itu telah menelan korban jiwa sebanyak 67 warganya. Ribuan orang mengungsi. Sejumlah ruas jalan, termasuk jalan, nasional juga masih terputus akibat kejadian itu.
-
Dimana banjir bandang terjadi? Terjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
-
Kenapa banjir terjadi di Semarang? Curah hujan tinggi yang mengguyur Semarang pada Rabu (13/3) hingga Kamis dini hari menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir dan tanah longsor.
Ditemui di gubuknya, Nyoman Narsih mengaku rumah gubuknya itu sudah nyaris roboh sejak setahun belakangan ini lantaran tidak memiliki uang untuk memperbaikinya.
"Gubuk kami memang sudah sangat lama dan sudah lapuk. Kami tidak mampu memperbaiki. Hanya ini yang kami punya, kami pilih bertahan," katanya.
Di tengah kekurangan yang dialami, mereka masih mengasuh dua cucunya. Mereka dititipi dua cucunya karena orang tuanya atau anak pertama Dadong Narsih bekerja jadi buruh di Denpasar.
Sang kakek kini dalam kondisi sakit-sakitan sehingga tumpuan hidup pada si nenek yang bekerja mencari kayu bakar dan kadang mengupas kelapa dengan upah tidak menentu sesuai kemampuan mengupas kelapa.
Rata-rata Ia mendapatkan penghasilan Rp 30 ribu sehari dan itu juga tidak cukup membiayai hidup sehari-hari bersama dua cucunya.
"Kami mencoba bertahan semoga saja tidak semakin roboh. Entahlah, jika roboh dimana kami tinggal bersama cucu," katanya.
Terkait kondisi warga Jembrana tersebut, Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan dikonfirmasi wartawan mengatakan akan mengecek informasi tersebut.
Baca juga:
5 Desa di Jembrana terendam banjir, akses Denpasar-Gilimanuk lumpuh
Kisah petani di Bali pelihara dua landak seperti anaknya sendiri
Pamit tanam jagung, wanita paruh baya ditemukan tewas di parit
Diabetes tak kunjung sembuh, Suari gantung diri di pintu dapur
Penyelundupan 2 penyu langka berumur 20 tahun digagalkan