Kondisi keseharian Mbah Gini, sebatang kara tinggal bersama ayam
Mbah Gini sehari-hari mencari daun kelapa yang jatuh di kebun tetangga.
Kondisi kehidupan Mbah Gini atau Wagini (75) begitu memprihatinkan. Tinggal seorang diri di rumah berukuran sekitar 4 meter X 10 meter bersama beberapa ekor ayam-ayam kesayangannya.
Nama Mbah Gini yang tinggal di Desa Sanankerto RT 11/ RW 02, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, menjadi populer setelah menyebar secara viral di media sosial. Foto-fotonya yang begitu mengiris hati membuat banyak orang bersimpati.
Mbah Gini sehari-hari mencari daun kelapa yang jatuh di kebun tetangga. Lewat sisa tenaganya, ia memisahkan lidi dari daunnya yang dikumpulkan menjadi sapu.
Paha yang berlapis kain kumal begitu kuat menjadi tumpuan saat membersihkan lidi. Tangan kanannya menahan pisau bergerigi yang sudah tumpul, sementara tangan kirinya menarik sepanjang lidi.
"Mengko yen wis dadi sapu dituku mboh kono wong sing gelem. Dituku rong ewu (Nanti kalau sudah jadi sapu dibeli siapa yang mau. Dibeli Rp 2 ribu," kata Mbah Gini di rumahnya, Sabtu (19/3).
Makan dan minum Mbah Gini dari belah kasihan para tetangga. Kondisinya yang tinggal seorang diri, membuat Mbah Gini tidak terawat, apalagi di rumahnya tidak tersedia kamar mandi.
Tetapi tidak jarang beberapa orang menjadi tempat jujugankannya meminta makan. Dengan membawa wadah, Mbah Gini yang pendengarannya sudah mulai berkurang kerap datang ke rumah tetangganya meminta makan.
Sebelumnya Mbah Gini dirawat oleh Mbok Warsi, yang juga memberinya tempat yang kini ditinggalinya. Rumah Mbok Warsi tepat di depan rumah Mbah Gini. Namun tidak disangka, perempuan tanpa hubungan darah dengan yang begitu perhatian dengan Mbah Gini, lebih dulu meninggal dunia.
Mbok Warsi menyusul suaminya Mbah Paidi, sekitar lima tahun lalu. Akibatnya beban kehidupan Mbah Gini semakin tidak terjamin, apalagi anak-anak Mbok Warsi memiliki tanggungan besar, lantaran salah satu anaknya memiliki kalainan mental.
"Dulu rumahnya di timur sana, tanahnya juga masih ada hingga sekarang. Tapi karena rumahnya hampir roboh dipindahkan di dekat Mbok Warsi situ," kata Musi, warga setempat. Musi sendiri adalah anak Mbok Siti adik dari Mbok Warsi.
Menurut Musi, Mbah Gini adalah pendatang dari Desa Codo, Kecamatan Wajak yang kemudian menikah dengan Mualim (Alim), warga setempat. Pernikahan dengan Mualim tanpa dikaruniai anak, tetapi Mualim saat itu sudah punya satu anak perempuan, dari pernikahan sebelumnya.
"Mbah Gini sebenarnya punya anak, tapi anak tiri dan sudah menikah dengan warga desa sebelah, Sananrejo," katanya.
Ketika anak tirinya, Sumartik (Sutik) menikah, Mbah Gini mulai tinggal sendiri. Sayang Sutik juga kurang memberikan perhatian pada ibu tirinya, kendati tempat tinggalnya tidak begitu jauh.