Kontraktor kabur, kegiatan belajar di SDN Pitara 2 Depok terganggu
Kontraktor kabur, kegiatan belajar di SDN Pitara 2 Depok terganggu. Sudah sembilan bulan ruang kelas dirobohkan dan hanya tersisa tiang pondasi. Akibatnya siswa di sekolah itu terlantar. Mereka hanya bergiliran belajar di empat ruang kelas yang tersisa.
Sejak Desember 2015 pengerjaan tiga ruang kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pitara 2 ditinggal pengembang. Sudah sembilan bulan ruang kelas dirobohkan dan hanya tersisa tiang pondasi. Akibatnya siswa di sekolah itu terlantar. Mereka hanya bergiliran belajar di empat ruang kelas yang tersisa.
"Tadinya cuma tiga kelas, sekarang empat kelas karena ruang komputer dipakai untuk lokal," kata Kepala SDN Pitara 2, Umardani, Selasa (20/9).
Dirinya mengaku tidak pernah bertemu sekalipun dengan pengembang. Bahkan dia sempat meminta papan pengumuman proyek untuk dipasang di depan sekolah pun tak digubris. "Sampai sekarang saya tidak pernah bertemu dengan pemborongnya," katanya.
Sejak ruang kelas dibongkar, pihaknya terpaksa memutar siasat. Ruang kelas sengaja digunakan bergantian. Satu ruang kelas bisa dipakai sampai tiga rombongan belajar. "Misalnya kelas satu pagi, kemudian kelas siang, nanti sorenya kelas tiga," ceritanya.
Dirinya mengaku kasihan melihat anak-anak yang tidak bisa belajar maksimal dan tidak bisa beraktifitas di lapangan akibat mangkraknya pembangunan. Jam belajar siswa pun terpaksa dikurangi agar bisa menampung siswa kelas lainnya. "Jam belajar jadi dipercepat. Mulanya pulang jam 11.45 jadi jam 11.00 karena harus bergantian dengan kelas lain," katanya.
Dia berharap agar dinas terkait segera memberikan solusi sehingga muridnya bisa kembali belajar. "Kalau seperti ini kan kasihan anak-anak," katanya.
Saat ini di lokasi terlihat tiang-tiang pondasi berdiri. Bahkan tiang itu belum sempat dicor. "Itu cuma bawahnya saja yang dipondasi, tiangnya mah belum," kata Candra Wasita, salah satu guru.
Total siswa di sekolah itu sebanyak 576 orang dengan 14 rombongan belajar. Kelas I dua rombel, kelas II dan III tiga rombel, kelas IV, V dan VI dua rombel. "Tahun ini ada penurunan satu rombel. Tadinya kelas I ada tiga rombel tapi turun jadi dua saja," katanya.
Wali murid pun sudah banyak yang bertanya soal kelanjutan pembangunan ruang kelas. Pasalnya, mereka berharap anak-anak bisa kembali belajar seperti sedia kala.