Kriminolog: Mulai dari Eksekusi Terlihat Pembunuhan Berencana Terhadap Brigadir J
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Muhammad Mustofa mengatakan, dalam kasus kematian Nofriansyah Yosua Hutarabat alias Brigadir J terjadi perencanaan. Menurut Mustofa, perencanaan itu terlihat berdasarkan kronologi dituturkan penyidik polisi kepadanya.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Muhammad Mustofa mengatakan, dalam kasus kematian Nofriansyah Yosua Hutarabat alias Brigadir J terjadi perencanaan. Menurut Mustofa, perencanaan itu terlihat berdasarkan kronologi dituturkan penyidik polisi kepadanya.
"Berdasarkan ilustrasi tadi, dan juga berdasarkan kronologi yang diberikan oleh penyidik kepada saya, saya melihat di sana terjadi perencanaan," kata Musthofa saat bersaksi dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (19/12).
-
Apa sanksi yang diterima Ferdy Sambo? Ferdy Sambo diganjar sanksi Pemecetan Tidak Dengan Hormat IPTDH).
-
Siapa yang memimpin Sidang Kode Etik Polri untuk Ferdy Sambo? Demikian hasil Sidang Kode Etik Polri yang dipimpin jenderal di bawah ini: As SDM Polri Irjen Wahyu Widada.
-
Siapa Fredy Pratama? "Enggak (Tidak pindah-pindah) saya yakinkan dia masih Thailand. Tapi di dalam hutan," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa, Rabu (13/3).
-
Bagaimana proses Sidang Kode Etik Polri untuk Ferdy Sambo? Demikian hasil Sidang Kode Etik Polri yang dipimpin jenderal di bawah ini: As SDM Polri Irjen Wahyu Widada.
-
Apa yang dilakukan Fredy Pratama? Nur Utami berubah sejak menikah dengan pria berinisial S, yang dikenal sebagai kaki tangan gembong narkoba Fredy Pratama.
-
Dimana Fredy Pratama bersembunyi? Bareskrim Polri mengungkap lokasi dari gembong narkoba Fredy Pratama yang ternyata bersembunyi di pedalaman hutan kawasan negara Thailand.
Sementara analisis Mustofa terkait penembakan Bharada Richard Eliezer alias Bharada E terhadap Brigadir J itu dilakukan atas dasar perintah dari seorang pimpinan yaitu Ferdy Sambo. Sehingga Bharada E sulit menolak perintah tersebut.
"Dan kemudian mengapa Richard bersedia melakukan. Karena dalam institusi hubungan kerja itu dia paling bawah, Bhayangkara Dua (Bharada) pangkat paling rendah sementara yang memerintahkan amat sangat tinggi," ujar dia.
Ada Aktor Intelektual
Selain hubungan terpaut jauh dengan atasan, Musthofa memperkirakan penyebab lain Bharada E menolak perintah tersebut lantaran merupakan paling muda di antara ajudan maupun pembantu rumah tangga Ferdy Sambo.
"Kemudian barangkali di antara ajudan maupun pembantu rumah tangga di sana, dia juga paling junior barangkali ada di sana. Sehingga, kemungkinan melakukan penolakan menjadi lebih kecil. Apalagi dia masih baru menjadi anggota polisi, takut kehilangan pekerjaan dan seterusnya itu barangkali yang berpengaruh. Dan memang ada perencanaan," kata dia.
Dia menjelaskan, di dalam sebuah suatu perencanaan itu dipastikan ada aktor intelektual. Aktor itu berperan mengatur perencanaan tersebut pembunuhan Brigadir J tersebut.
"Mulai dari eksekusi sampai tindak lanjut, setelah itu agar supaya peristiwa tadi tidak terlihat teridentifikasi sebagai suatu pembunuhan berencana dan itu perencana. Tadi kelihatan sekali di dalam kronologi," kata dia.
"Peran yang lain?" tanya jaksa.
"Barang kali kalau istri dari terdakwa, barangkali dalam taraf kurang lebih sama. Karena majikan sementara yang lain-lain diikutsertakan itu dalam keadaan dia bawahan. Sehingga kemungkinan untuk menolak menjadi lebih kecil, apalagi barangkali kerja lama hubungan emosional saudara lebih terbangun. Sehingga, lebih mendorong untuk melakukan," jawab Mustofa.
"Berarti kalau yang selain dari dua terdakwa dan Ibu Putri, yang ketiga ini kategorinya apa?" tanya jaksa kembali.
"Hanya diikut sertakan," jawab Mustofa.
(mdk/gil)