Kritik Dikti, penerima beasiswa malah diancam dipulangkan
Soal keterlambatan dana beasiswa, sebenarnya sudah menjadi cerita lama yang terus berulang.
Kisruh pencairan dana beasiswa dari Dikti mengungkap praktik buruknya manajemen dari pihak pengelola. Saat para mahasiswa memprotes, mereka malah diancam akan dihentikan beasiswanya.
Hal itu diungkapkan salah satu penerima beasiswa Dikti yang enggan diungkapkan identitasnya kepada merdeka.com, Selasa (9/9). Dia mendapatkan cerita itu dari rekannya sesama penerima beasiswa Dikti.
"Dikti keras dan otoriter, tahun lalu ada yang diancam diberhentikan gara-gara status Facebook," ujar dia.
Protes dilayangkan mahasiswa itu karena beasiswanya tak kunjung cair. Jangankan untuk membayar biaya kuliah, untuk hidup sehari-hari mereka harus pintar-pintar berhemat bahkan terpaksa berutang.
"Tahun lalu nyaris (ada yang diberhentikan) gara-gara kirim email (juga status facebook) yang mempertanyakan keterlambatan beasiswa, emailnya dianggap kurang sopan dan diancam diberhentikan beasiswanya oleh pejabat Dikti. Tapi masalah itu selesai setelah yang bersangkutan minta maaf ke pejabat Dikti," tutur dia.
Soal keterlambatan dana beasiswa, sebenarnya sudah menjadi cerita lama yang terus berulang. Yang paling parah adalah tahun ini setelah kebijakan baru berupa syarat progress report yang wajib diserahkan. Sistem pendukung kebijakan ini tidak bisa diakses. Beberapa kampus memberi batas waktu perpanjangan pembayaran tuition fee hingga 10 September.
"Beasiswa dijanjikan turun sejak bulan Juli, sampai hari ini belum juga dikirim," ujarnya pasrah.
Di situs UKP4.go.id, laporan soal keterlambatan beasiswa ini sudah diadukan oleh salah satu penerima beasiswa. Oleh pihak UKP4, pengaduan ini sudah diteruskan ke Kemendikbud dan sampai hari ini belum ada kepastian.
Salah seorang penerima beasiswa bernama Fransiska memberikan komentar di situs itu:
Bahwa kami sekolah di Luar negeri adalah atas persetujuan Dikti dan melalui prosedur resmi karena itu janganlah kami dianggap enak enak dinegeri orang (seperti kesan yg sering dilemparkan staf dikti bahkan sering terucapkan) karena sudah dikirim keluar negeri.
Hidup di negeri orang lebih tidak enak dan perlu motivasi dan semangat ekstra untuk tugas studi apalagi dengan sponsor yang tidak mendukung. Semoga laporan ini sebagai pelajaran bagi Dikti untuk berbenah diri. Kita semua manusia biasa yg tidak luput dari salah dan memperbaiki kesalahan menunjukkan jiwa besar kita.