KSP Sebut Pemerintahan Jokowi Tidak Represif dan Seganas yang Dipikirkan
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian mengatakan, di era demokrasi yang terbuka ada pengawasan terhadap pemerintah. Sehingga, penyalahgunaan kekuasaan bisa terlihat secara terang benderang.
Kantor Staf Presiden (KSP) membantah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) seganas apa yang dipikirkan untuk melumpuhkan demokrasi. Anggapan ini menyusul adanya teror kepada panitia dan pembicara diskusi soal pemecatan Presiden di UGM.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian mengatakan, di era demokrasi yang terbuka ada pengawasan terhadap pemerintah. Sehingga, penyalahgunaan kekuasaan bisa terlihat secara terang benderang.
-
Siapa yang bertemu dengan Jokowi di Istana? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kenapa Prabowo bertemu Jokowi di Istana? Juru Bicara Menteri Pertahanam Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut, pertemuan Prabowo dengan Jokowi untuk koordinasi terkait tugas-tugas pemerintahan.
-
Apa isi dari gugatan terhadap Presiden Jokowi? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Siapa yang meminta tanda tangan Presiden Jokowi? Pasangan artis Vino G Bastian dan Marsha Timothy kerap disebut sebagai orang tua idaman. Pasalnya demi impian sang anak, Jizzy Pearl Bastian, pasangan orang tua ini rela melakukan segala cara.
-
Di mana Presiden Jokowi mengunjungi panen padi dan gerakan olah tanah? Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengunjungi panen padi sekaligus gerakan olah tanah dan percepat tanam di hamparan persawahan yang diairi Bendung Daerah Irigasi Gumbasa, Kabupaten Sigi.
-
Dimana Presiden Jokowi bermalam di IKN? Kepala Negara Bermalam di IKN Jokowi sudah beberapa kali bermalam di IKN
"Pemerintah setelah reformasi tidak ada yang kuat. Pertama pengawasnya banyak baik itu pengawas formal di parlemen, partai partai politik dan fraksi-fraksi nya maupun di civil society yang sekarang jumlah nya berkecambah apalagi informasi secara terbuka, setiap penyalahgunaan kekuasaan akan secara terang benderang," katanya saat diskusi 'Teror dalam ruang Demokrasi', Rabu (3/6).
"Belum lagi media akan terus menggunakan jurnalisme investigasi nya untuk membuka borok borok kekuasaan, jadi tidak bisa kuat pemerintah sekarang ini," tambahnya.
Donny menjelaskan, dukungan politik terhadap periode kedua pemerintahan Jokowi juga tidak sekuat periode pertama. Defisit dukungan politik telah terjadi. Dia bicara mengenai partai pendukung pemerintah berasa oposisi.
"Ini baru 2020, tapi kita lihat faktor faktor partai pendukung dalam berbagai kebijakan juga ikut menjadi oposisi, jadi non oposisi dan pendukung ini tidak setegas mana partai pendukung? Mana partai oposisi? Karena pendukung bisa jadi oposisi bahkan pendukung Pak Jokowi yang militan di 2019 sekarang bisa berbeda pandangan," tuturnya.
Ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, sejumlah kebijakan pemerintah juga dikritik. Mulai dari Kartu Pra Kerja dan dikeluarkannya Perppu no 1 tahun 2020.
"Jadi dengan defisit dukungan di periode kedua ini, dan tahun 2020 ini akibat Covid-19 dan kebijakan kebijakan yang banyak gugatan, mulai dari Pra Kerja, Perppu nomor satu, dan lain sebagainya," ujarnya.
"Maka pemerintahan Jokowi tidak sekuat, seagresif, serepresif, seganas yang dipikirkan, dan pemerintahan apapun setelah Jokowi tidak bisa menjadi pemerintahan yang kuat," tutup Donny.
(mdk/fik)