Lahan mangrove di Badung tak terawat dan penuh sampah
Petugas kebersihan setempat pun ikut membuqang sampah di sana.
Kondisi lahan hutan mangrove di kawasan Bali Selatan sudah semakin parah. Selain terjadi reklamasi terselubung, lokasi itu penuh sampah.
Sayangnya, petugas dari Dinas Kebersihan Kabupaten Badung ikut membuang sampah di lahan mangrove.
"Sudah saatnya mangrove kita ini revitalisasi. Kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Kita kontrol setiap hari dan selalu kucing-kucingan dengan pelaku pembuang sampah," kata Ketua Forum Peduli Mangrove Bali, Heru Wasesa, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (14/11).Dari pantauan di kawasan mangrove belakang lapangan Langon Nusa Dua, tumpukan sampah dan pembakaran sampah sudah menjadi aktivitas rutin. "Di sini bukan dari kami saja buang sampah, petugas DKP juga buangnya di sini pak," kata Bu Ana, warga setempat yang tinggal di Jalan Pratama, Nusa Dua.
Heru mengakui kondisi hutan mangrove saban hari semakin parah. Selain persoalan sampah, terkadang penduduk dan pengusaha membangun dekat kawasan mangrove melakukan pencurian lahan, sehingga terjadi reklamasi terselubung.
Menurut Heru, FPM selama setahun mencoba mengurangi kinerja petugas di lapangan. Hasilnya, kata Heru volume jumlah sampah ditemui di hutan Mangrove malah semakin menggunung. Artinya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah masih belum bisa dilaksanakan."Besarnya volume sampah setelah kita kurangi petugas FPM di lapangan, justru makin meningkat. Artinya, kesadaran warga akan membuang sampah masih belum ada," ucap Heru.
Dalam hal peremajaan penanaman bibit mangrove, dikatakan Heru, paling penting bukan bagaimana menanam bibit pohon, tetapi juga bisa merawat untuk hidup.
"Saya berharap kepada pemerhati dan segala kegiatan penanaman bibit pohon khususnya untuk mangrove agar jangan cuma menanam saja. Terpenting bagaimana merawatnya dan memantau terus agar tetap hidup. Kalau kita rawat secara tidak langsung kita akan langsung membersihkan lokasi dari sampah," ujar Heru.