Lain dulu lain sekarang, hadapi fenomena gerhana matahari
Dalam tradisi Sunda, ketika GMT hadir ritual unik untuk pria yakni memukul kentongan sampai gerhana selesai.
Fenomena gerhana matahari total (GMT) memang merupakan peristiwa langka. Sehingga banyak orang mempersiapkan agar momen istimewa ini tidak terlewatkan.
Lain dulu, lain sekarang. Kini alat sudah serba canggih. Teknologi pasti akan bersentuhan dengan fenomena alam tersebut.
Budayawan Mas Nanu Muda berkisah ketika GMT terakhir di Indonesia terjadi pada 1983. Jarang orang bersentuhan dengan teknologi, apalagi bagi orang yang tinggal di pedesaan.
Dalam tradisi Sunda, ketika GMT hadir ritual unik untuk pria yakni memukul kentongan sampai gerhana selesai. Adapun perempuan biasanya sibuk memukul lisung dan halu, yaitu alat menumbuk padi yang terbuat dari kayu.
"Sedangkan anak-anak biasanya pergi ke walungan (sungai) untuk melihat pantulan gerhana yang terjadi," ujar Nanu saat berbincang dengan merdeka.com, di Bandung, Sabtu (5/3). Nanu melakukan prosesi itu saat masih bersekolah di kawasan Kabupaten, Subang Jawa Barat.
Selama fenomena alam tersebut berlangsung semua menyambutnya dengan suka cita. Tidak ada handphone, televisi yang menayangkan secara langsung. Menurutnya tradisi memukul kentongan dan menumbuk padi adalah bentuk komunikasi tradisional. "Artinya ada sebuah pertemuan dua planet bumi yang bisa dilihat manusia, sehingga menyambutnya dengan cara ceria," terangnya.
Jika fenomena GMT 30-am tahun silam, khususnya di perkampungan disambut dengan cara tradisional, tentu itu tidak akan terjadi di era sekarang. Media internet dan televisi tentu akan bersaing menayangkan fenomena alam ini.
"Mungkin tidak akan kita jumpai lagi ritual seperti itu apalagi di perkotaan, kini pedesaan juga sudah banyak yang tersentuh teknologi," ucap dosen tari tradisional Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
Untuk diketahui, 9 Maret nanti Bumi yang segaris lurus dengan matahari dan bulan akan bisa dinikmati di Provinsi-provinsi seperti Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi.
Baca juga:
[Video] Begini gambaran gerhana matahari saat lewati Indonesia nanti
Gerhana matahari total paling lama akan terjadi di Halmahera
Lapan & Nasa kerja sama teliti korona gerhana matahari total
Begini cara melihat Gerhana Matahari Total tanpa merusak mata
Umat Islam di Bengkulu akan gelar salat gerhana di Benteng Inggris
-
Bagaimana proses terjadinya Gerhana Matahari Total? Gerhana matahari total terjadi saat matahari, bulan, dan bumi terletak dalam satu garis lurus. Posisi ini didapatkan tidak lain karena bumi dan bulan sama-sama berputar melakukan revolusi mengelilingi matahari. Kemudian pada waktu tertentu, baik bumi maupun bulan akan menempati posisi orbit yang sejajar hingga membentuk garis lurus. Setelah menempati posisi garis lurus, bagian belakang bulan yang tidak terkena sinar matahari akan membentuk bayangan sendiri, yaitu bayangan inti (umbra) dan bayangan samar-samar (penumbra).
-
Apa yang terjadi saat gerhana matahari total? Gerhana matahari total merupakan fenomena alam yang memukau, di mana bulan sepenuhnya menutupi matahari, menciptakan momen singkat ketika siang menjadi malam.
-
Apa penyebab Gerhana Matahari Total? Gerhana matahari total merupakan fenomena yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Di sini seluruh bagian matahari akan tertutup dengan bayangan bulan. Sehingga cahaya matahari akan menghilang secara total selama beberapa waktu. Dalam kondisi ini, bumi akan mengalami suasana yang gelap seperti malam hari.
-
Kapan Gerhana Matahari Total akan terjadi? Bumi akan mengalami kembali fenomena gerhana matahari total pada tanggal 8 April 2024 mendatang.
-
Dimana gerhana matahari total 2024 akan melewati? Jalur gerhana ini akan melintasi Amerika Utara, melewati Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.
-
Apa yang bisa dilihat saat Gerhana Matahari Total tahun 2024? “Gerhana 2024 menawarkan kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengukur bentuk dari Matahari dan dengan demikian dapat menyimpulkan struktur bagian dalamnya,” ungkap Profesor Gordon Emslie, peneliti utama dalam proyek SunSketcher.