'Lebih baik caleg foto seksi daripada korupsi'
"Apakah caleg ini punya kapasitas, apakah amanah, apakah caleg ini setidaknya bersihlah," tegas Ray.
Foto-foto vulgar sejumlah artis wanita yang hendak maju sebagai calon legislatif (caleg) di Pemilu 2014 tersebar di jejaring sosial. Sebut saja Angel Lelga dan Lira Vyrna yang maju dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan politikus partai Demokrat Venna Melinda.
Pose seksi mereka bisa memperburuk citra DPR yang sudah terpuruk dengan kasus korupsi jika benar-benar terpilih menjadi wakil rakyat di parlemen.
Namun mampukah mereka menarik simpati dan mendulang suara di pemilu dengan latar belakang kehidupan yang terkesan bebas saat menjadi artis?
Pengamat politik Ray Ranguti berpendapat, masyarakat akan lebih tertarik mencoblos artis yang berfoto seksi ketimbang harus memilih calon legislator yang pernah terseret kasus korupsi. Moral bangsa lebih diutamakan ketimbang norma sosial.
"Dalam politik bukan soal foto syur atau tidak. Dalam norma itu memang enggak patut, tetapi dalam politik itu bisa saja. Karena politik adalah soal komitmen. Bagaimana mereka (caleg) dapat menyelesaikan persoalan bangsa ini, tidak melakukan tindak pidana korupsi," jelas Ray saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (25/4) malam.
Ray mengatakan, urgensi yang dilihat masyarakat adalah bagaimana para caleg mempunyai kapasitas dan amanah. Serta yang pasti, lanjut dia, bersih dari tindak pidana korupsi. "Dalam politik, ada yang lebih prioritas. Apakah caleg ini punya kapasitas, apakah amanah, apakah caleg ini setidaknya bersihlah," tegasnya.
Ray menambahkan, masyarakat akan lebih simpati dengan caleg yang bisa memegang amanah rakyat ketimbang caleg yang terlihat baik, beragama namun pada kenyataannya melakukan tindak pidana korupsi.
"Banyak orang yang beragama tapi pada kenyataanya korupsi. Jika mereka pernah foto sensual tetapi orangnya rajin itu sah-sah saja. Tapi kalau memang foto itu membuat nilai negatif bagi dia ya bisa saja," tuturnya.
Namun demikian, dia menegaskan, bukan berarti pihaknya setuju dengan para caleg yang pernah berfoto vulgar. Tetapi, apabila dilihat dari konteks berbangsa dan bernegara, hal yang lebih penting demi membenahi bangsa ini adalah, bagaimana para caleg bisa amanah dan tidak korupsi menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat di DPR.
"Tapi adapun misalnya foto sensual menurut saya soal dipilih atau tidak dipilih kita kembalikan lagi ke masyarakat. Caleg yang seperti itu layak dipilih atau tidak," tandasnya.
-
Apa saja yang dilakukan oleh artis-artis dalam pawai ogoh-ogoh? Happy Salma berpartisipasi dalam pawai ogoh-ogoh bersama keluarganya dengan gaya simpel. Atasan kaos putihnya dipadukan dengan kain batik biru dan aksen orange di pinggang. Kesan sederhananya semakin terpancar dengan sentuhan kalung dan anting-anting.
-
Apa sebenarnya arti dari "gabut"? Gabut adalah singkatan dari gaji buta. Ini arti sesungguhnya. Gabut Adalah Istilah Populer di Kalangan Anak Muda, Ketahui Arti Sesungguhnya Bahasa gaul terus berkembang seiring berjalannya waktu. Salah satu kosakata dalam bahasa gaul yang luas digunakan oleh para anak muda di Indonesia adalah gabut. Gabut adalah singkatan dari gaji buta. Kata ini digunakan untukmenggambarkan seseorang yang menerima gaji namun tidak melakukan sebagian atau seluruh pekerjaannya.
-
Apa arti dari 'Xin Nian Kuai Le Gong Xi Fa Cai'? Kalimat Xin Nian Kuai Le Gong Xi Fa Cai bukan sekedar ucapan selamat tahun baru saja. Tetapi juga mengandung doa dan harapan tentang keberuntungan, kebersamaan dan kebahagiaan di tahun yang baru.
-
Apa arti dari melankolis? Melankolis adalah sebuah nuansa perasaan yang kaya akan kompleksitas emosi. Melankolis bukan sekadar sinonim untuk kesedihan, melainkan sebuah nuansa perasaan yang kaya akan kompleksitas emosi.
-
Apa arti dari sinonim? Sinonim adalah Kata-kata yang Memiliki Kesamaan Makna Satu dengan Lainnya, Berikut Contohnya Dengan sinonim, kosakata kita diperkaya dan karya kita jadi lebih menarik dibaca.
-
Kapan artefak tersebut ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.