Maestro campursari Manthous berpulang
Dunia musik Indonesia kehilangan sosok penting bertepatan dengan Hari Musik Nasional.
Dunia musik Indonesia kehilangan sosok penting pada Hari Musik Nasional. Maestro campursari Manthous berpulang Jumat (9/3) sekitar pukul 06.30 WIB, setelah lama menderita sakit stroke.
Sudah sejak lama Manthous diserang stroke. Sering keluar masuk rumah sakit, belakangan pelantun lagu "Nyidamsari" itu lebih banyak dirawat di rumahnya. Tak kuasa melawan sakitnya, Manthous berpulang tadi pagi di kediamannya Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
Menurut kerabatnya, Mayang, jenazah Manthous akan disalatkan di masjid sekitar rumahnya sebelum dibawa ke Playen, Gunungkidul, DIY. Manthous memang lahir di Playen, Gunungkidul
pada 10 April 1950. "Langsung hari ini akan dibawa ke Gunungkidul," kata Mayang di kediaman Manthous kepada merdeka.com, Jumat (9/3).
Manthous mendaki puncak kejayaan sejak mendirikan Grup Musik Campursari Maju Lancar Gunung Kidul pada 1993. Lagu-lagu yang digubahnya menampilkan kekhasan campursari dengan langgam-langgam Jawa. Namanya campursari, ada beragam warna dan genre musik di situ. Ada warna rock, reggae, gambang kromong, dangdut dan sebagainya. Ada pula nada gamelan berpadu alat musik modern keyboard dan gitar serta bas.
Sejumlah album rekamannya laku keras pada saat-saat muncul. Beberapa hit akrab bagi para penggemar campursari seperti ”Anting-anting”, ”Nyidamsari”, ”Gandrung”, dan ”Kutut Manggung." Karya Manthous lainnya adalah ”Esemmu”, ”Gethuk”, ”Jamilah”, ”Kangen”, ”Konco Tani”, ”Mbah Dukun”, ”Nginang Karo Ngilo”, dan ”Ojo Lamis."