Masih mampu, Polri anggap tim independen kasus Novel tak perlu
Masih mampu, Polri anggap tim independen kasus Novel tak perlu. Dikatakan jenderal bintang satu ini, untuk mengungkap kasus teror tersebut penyidik melakukan dua hal yakni metode induktif dan metode deduktif.
Kepolisian Negara Republik Indonesia menilai pembentukan tim independen untuk mengusut kasus teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan tidak perlu dilakukan. Menurut Polri, pihaknya masih mampu menuntaskan kasus tersebut.
"Berkaitan dengan perlu tidaknya dibentuk tim independen tangani kasus novel, Polri masih mampu," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto di Komplek Mabes Polri, Jakarta, Senin (15/5).
Rikwanto meminta semua pihak bersabar dan memberikan waktu kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan. "Beri waktu untuk melakukan penyidikan dan penyelidikan. Semua upaya yang dilakukan sudah cukup banyak," ujar dia.
Dikatakan jenderal bintang satu ini, untuk mengungkap kasus teror tersebut penyidik melakukan dua hal yakni metode induktif dan metode deduktif. Untuk metode induktif, penyidik telah mendatangi TKP untuk menemukan bukti-bukti, keterangan saksi dan berbagai hal terkait peristiwa tersebut.
"Dari motif metode deduktif kita dapatkan apa yang melatar belakangi peristiwa tersebut. Dua-duanya kita lakukan penyelidikan," ucapnya.
Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya itu mengungkapkan sejauh ini penyidik pun telah memeriksa tiga orang terkait kasus tersebut. Hanya saja, alibi dari ketiga orang itu kuat.
Sehingga, penyidik tidak bisa serta merta menyimpulkan ketiga orang tersebut pelaku penyiraman air keras terhadap Novel. Kendati begitu, Rikwanto dengan tegas menyatakan pihaknya tidak akan menyerah mengungkap pelaku dari penyiraman air keras tersebut.
"Jadi kita gali semua masalah yang pernah ditangani saudara Novel sehingga kita bisa melihat, apakah di situ ada orang-orang yang diduga dendam terkait kasus yang dituduhkan kepadanya. Jadi dua hal itu kita dalami jalani, dari deduktif dan induktif. Kita mohon sabar," pungkas Rikwanto.