Mau 'naek dogan', napi hanya bayar Rp 100 ribu kepada sipir
Untuk melancarkan nafsu para napi, mereka bekerjasama dengan sipir.
Praktik mesum atau dikenal dengan istilah 'naek dogan' (naik degan) di kalangan narapidana lembaga pemasyarakatan (Lapas) Tanjung Raja, Ogan Ilir, Sumsel, ternyata melibatkan petugas. Hal inilah membuat kasus tersebut tak pernah terungkap.
Untuk melancarkan nafsu para napi, mereka bekerjasama dengan sipir. Selain itu, napi yang sudah terlanjur 'berat ujung' harus menyerahkan sejumlah uang kepada petugas Lapas tersebut setiap transaksi.
"Ya kalo mau 'naek dogan' cuma bilang dan bayar saja sama sipir. Minimal bayar seratus ribu sekali main," kata Rendra Darmansyah (25), seorang mantan napi Lapas Tanjung Raja, Rabu (13/8).
Dikatakannya, setelah diizinkan sang sipir, para napi langsung menghubungi perempuan yang diinginkan melalui handphone milik napi yang bersangkutan.
"Memang sipir tidak menyediakan perempuannya, napi sendiri yang panggil," kata dia.
Biasanya, sambung dia, praktik tersebut dilakukan di malam hari. Dengan begitu, perempuan yang dipanggil tidak dicurigai para pembesuk.
"Ya, lewat depan tapi cuma malam. Langsung diajak masuk. Tidak dicegat lagi, karena sudah bayar," pungkasnya.