Megawati ingatkan Utut jadi pimpinan DPR tak arogan merasa PDIP mayoritas
Megawati ingatkan Utut jadi pimpinan DPR tak arogan merasa PDIP mayoritas. Ia pun mengatakan belakangan muncul pemikiran dari politisi bahwa Indonesia akan runtuh dalam beberapa tahun ke depan. Hal itu menurutnya sebuah gejala post truth atau hiperealitas yang hanya didasarkan pada asumsi.
Presiden kelima Megawati Soekarnoputri mengingatkan pimpinan DPR dari PDIP agar jangan sombong dan arogan. Saat ini PDIP memiliki perwakilan dalam kursi pimpinan DPR yaitu Utut Adianto yang belum lama ini dilantik.
Dalam kesempatan itu juga hadir Utut Adianto dan beberapa politisi PDIP lainnya seperti Masinton Pasaribu dan Rieke Diah Pitaloka. Megawati mengatakan dirinya sebagai ketua partai dengan suara mayoritas di parlemen bisa saja berlaku arogan. Tetapi sifat seperti itu tak patut dipelihara.
-
Siapa pacar Megawati Hangestri? Dalam unggahannya itu, ia menandai akun bernama Dio Novandra yang merupakan kekasihnya.
-
Dimana Megawati memulai karir profesionalnya di Indonesia? Di awal tahun 2023, ia menjadi andalan klub Jakarta Pertamina Fastron di Proliga sebelum melanjutkan karirnya bersama klub bola voli Korea Selatan, Daejeon CheongKwanJang Red Sparks.
-
Bagaimana TKN Prabowo-Gibran menanggapi putusan DKPP? Meski begitu, dia menyampaikan TKN Prabowo-Gibran menghormati keputusan DKPP. Namun, kata dia keputusan tersebut tidak bersifat final.
-
Siapa yang memuji kemampuan Megawati di lapangan? Bahkan, pelatih dari tim lawan mengakui betapa sulitnya menghadapi Megawati.
-
Bagaimana Megawati menampilkan sisi femininnya? Memiliki Sisi Feminim Meski terlihat tomboi, wanita 24 tahun ini juga memiliki sisi feminin yang menarik. Ia mengombinasikan blouse dengan ikat pinggang berwarna pink. Penampilannya terlihat cantik dan keren dengan tambahan kacamata di atas hijabnya.
-
Bagaimana Puan Maharani bisa menjadi Ketua DPR? Kini puan Maharani menjabat sebagai Ketua DPR RI periode 2019 hingga 2024. Dia menjadi wanita pertama yang menduduki jabatan Ketua DPR.
"Di sini ada Wakil Ketua DPR. Saya bilang pada Pak Utut jangan pernah mengatakan saya mayoritas. Kalau bisa bicara dengan pimpinan DPR lainnya secara musyawarah mufakat," kata Megawati saat menghadiri acara peringatan 63 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (17/4).
Megawati mengatakan musyawarah mufakat menjadi esensial dan harus dilakukan para pemimpin dalam menyelesaikan persoalan bangsa. Ia pun mengatakan belakangan muncul pemikiran dari politisi bahwa Indonesia akan runtuh dalam beberapa tahun ke depan. Hal itu menurutnya sebuah gejala post truth atau hiperealitas yang hanya didasarkan pada asumsi.
"Saya sering berpikir kenapa orang bisa mengatakan seperti itu," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga menceritakan pengalamannya menjadi delegasi Indonesia termuda saat mengikuti konferensi tingkat tinggi (KTT) Gerakan Non Blok (GNB) pertama pada tahun 1961 di Beograd. Saat itu ia baru berusia 14 tahun dan duduk di dekat ayahnya Presiden pertama Soekarno dan PM India Jawaharlal Nehru.
"Saya dijadikan resmi sebagai delegasi termuda waktu itu. Waktu itu saya berperan, bayangkan saya duduk dekat Bung Karno dan Nehru dan saya merasa usia saya menjadi lebih tua dan saya masih berpikir tadi yang saya omongkan apa ya? Dan begitulah saya diberi pelajaran oleh ayah saya untuk mengetahui sejarah politik internasional," kenangnya.
Sebelum KTT pertama GNB, Megawati juga saksi sejarah saat berlangsung KAA di Bandung pada tahun 1955 dimana saat itu ia baru berusia delapan tahun. Kemudian saat Bung Karno berpidato di PBB yang menyuarakan secara lantang penentangannya terhadap imperialisme dan kolonialisme, Megawati berusia 13 tahun.
"Saya hadir hanya ketika KTT Non Blok. Kedua (peristiwa) lainnya saya dengar dari ayah saya," katanya.
Keterlibatannya dalam peristiwa sejarah penting dunia itu turut membentuk karakternya dalam berpolitik. Ia pun mengungkapkan kerinduannya pada perdebatan argumentatif para pemimpin bangsa.
"Seperti yang saya saksikan, ikuti, dan catat langsung ketika itu antara tokoh-tokoh GNB dimana perdebatan penuh martabat dan saling menghormati, rasional dan penuh bela rasa," jelasnya.
Baca juga:
Pejabat tinggi Korea Utara memuji Megawati Soekarnoputri
Sekjen PDIP sebut Cak Imin sudah seperti anak Megawati
Mereka tiga putri Bung Karno, tapi beda pandangan politik
4 Hal tak terduga dan lucu Megawati pada Jokowi
Dilema Prabowo seperti Megawati, maju atau jadi king maker