Melongok tempat peristirahatan terakhir Raden Saleh
"Tolong rawat makam ini dengan baik-baik," pinta bung Karno saat itu kepada Adoeng, seperti ditirukan Isun Sunarya.
Menghentikan langkah di depan sebuah gapura, pintu masuk sebuah gang di seberang Jalan Raden Saleh, Bogor, Jawa Barat, perasaan bingung segera membekap, sembari membatin, 'Inikah jalan menuju makam Raden Saleh?' Maklum saja, tidak banyak tanda menuju makam maestro seni lukis modern yang tersohor itu.
Satu-satunya petunjuk adalah insting bertanya kepada warga di depan gang, di mana lokasi makam pelukis naturalis yang banyak menghabiskan umurnya di Benua Eropa tersebut.
Memang disayangkan, lokus sejarah yang seharusnya menjadi tempat napak tilas perjalanan Raden Saleh ternyata membingungkan. Walaupun sebenarnya, lokasi makam tidak sulit-sulit amat ditemukan--tentu bagi yang sudah biasa ke sana, bukan bagi para pelancong.
Setelah menelusuri Gang Raden Saleh di Jalan Pahlawan sejauh kurang lebih 100 meter, halaman makam berpagar sederhana namun bersih segera nampak. Di sana juga ada dua pusara makam membujur bercat putih. Di bawah pusara itulah Raden Saleh dan Istrinya, Raden Ayu Danurejo dikubur. Makam itu terletak di sebelah kanan Gang Raden Saleh.
Di samping makam Raden Saleh dan istrinya itu dibangun sebuah monumen berupa dinding bertuliskan 'Makam Raden Saleh Sjarif Bustaman', plus tulisan perkiraan tahun lahir dan meninggalnya. Sedangkan di balik monumen tersebut terdapat 14 makam keluarga pemilik tanah.
"Makam yang di belakang ini eyang kami, pemilik dari tanah ini," kata juru kunci yang merupakan generasi kelima dari pemilik tanah tempat makam Raden Saleh, Isun Sunarya, Senin (19/5).
Menurut cerita Isun Sunarya, dulu daerah yang dinamakan Kebun Gede ini merupakan ilalang dan hutan. Pada 1923, paman Isun, Adoeng, yang merupakan wakil jaksa di Bogor, dulunya menemukan dua makam dengan marmer hitam di balik ilalang tersebut. Berikutnya Pak Adoeng membersihkan makam itu. Ternyata itu makam Raden Saleh.
Makam itu semakin diakui setelah Presiden Soekarno yang saat itu memerintah pun turut andil membangun makam itu. Bung Karno memerintahkan arsitek F. Silaban yang merupakan arsitek yang membangun Masjid Istiqlal Jakarta untuk melakukan pemugaran pada makam Raden Saleh pada 1953.
"Tolong rawat makam ini dengan baik-baik," pinta Bung Karno saat itu kepada Adoeng, seperti ditirukan Isun Sunarya kepada merdeka.com.
Siapa sebenarnya Raden Saleh hingga dia mendapat perhatian dari Presiden Soekarno?
Raden Saleh Sjarif Bustaman begitu nama lengkapnya dikenal lewat karya-karya lukisannya yang mendunia. Sampai saat ini lukisannya masih dihargai dengan nilai jual yang sangat fantastik.
Tak ada yang tahu kapan tepatnya Raden Saleh lahir, namun menurut Isun Sunarya, diperkirakan bahwa Raden Saleh lahir di Semarang pada 1807 dan wafat di Bogor pada 23 April 1880.
Pemberitaan kematian Raden Saleh terdapat di Koran Java Bode yang terbit 28 April 1880. Pada koran itu dituliskan: Pada hari Minggoe tanggal 25 April djam 6 pagi maitnja Raden Saleh diiringi oleh banyak toean-toean ambtenaar, kandjeng toean Assistant, toean Boetmy dan lain-lain toean tanah, hadji-hadji, satoe koempoelan baris bangsa Islam, baik jang ada pangkat jang tiada berpangkat dan orang Djawa, sampe anak-anak Djawa dari Landbouwschool semoea anter itoe mait ke koeboer. Penghoeloe-penghoeloe, kiai-kiai dan orang-orang alim soedah djoega ikoet anter. Itoe orang-orang Selam dan Djawa dan apa lagi itoe jang alim-alim soedah njanji sepandjang djalan dengan soeara jang sedih; "…AwIIoh hoema salim, Awlloh sajidina Moehammad Rasoeloellah."
Raden Saleh yang diasuh oleh Pamannya, Raden Adipati Surohadimenggolo, Bupati Semarang, memperlihatkan bakat melukisnya di usia 11 tahun. Dia akhirnya dibawa oleh keluarga Belanda ke Belanda untuk di sekolahkan. Dari sanalah, awal perjalanan Raden Saleh melalang buana di berbagai negara di benua Eropa melalui lukisannya yang sampai sekarang masih dibicarakan hampir seantero dunia.
Salah satu mahakaryanya yang terkenal adalah lukisan penangkapan Diponegoro, yang mana lukisan tersebut menggambarkan bahwa Raden Saleh tidak menyukai penindasan serta mempercayai idealisme kebebasan dan kemerdekaan.
Hal inilah membuat Isun Sunarya sukarela meneruskan amanat dari Bung Karno untuk merawat dan membersihkan makam tersebut. "Tahun 2007 kemarin bersama Garnas (Galeri Nasional), bapak Tubagus Andre, kita melakukan pemugaran kembali," jelasnya.
Dapat dilihat, pada dinding di belakang makam terpajang tiga buah lukisan yang dilukis oleh seniman Bogor. Mereka melukis Gunung Merapi di mana Raden Saleh pernah melukis Gunung Merapi, potret Raden Saleh, dan sosok seorang pelukis berambut kucir, bertopi bundar, membawa ransel yang membelakangi, berjalan menuju masa depan yang lebih baik.
Sementara itu, di sampingnya ada pendopo yang terpajang beberapa diorama tentang Raden Saleh dan karyanya. Menurut Isun, pendopo itu sebagai tempat diskusi pemerhati sejarah dan lukisan.