Memaknai perayaan Saraswati, hari turunnya ilmu pengetahuan
Usai perayaan Saraswati, esok harinya (Minggu) umat dan seluruh manusia ramai mendatangi sumber mata air.
Hari Raya Saraswati yang diartikan sebagai turunnya ilmu pengetahuan, dirayakan setiap enam bulan sekali tepatnya pada hari Sabtu Wuku Watugunung. Di hari ini, identik sebagai harinya para pelajar yang masih mengenyam ilmu pendidikan.
Bahkan di semua sekolah dari tingkat Sekolah Dasar hingga Setingkat Menengah Atas datang ke sekolah untuk menghaturkan pemujaan di pura lingkungan sekolah.
"Kami sembahyang di hari Saraswati setiap enam bulan sekali. Enam bulan lalu tepat waktunya sekaloh, kali ini liburan sekolah," ungkap Gayatri salah seorang siswi SMP PGRI di Denpasar, Bali Sabtu (25/6).
Dijabarkan singkat oleh Mangku Widya bahwa di hari Saraswati selalu identik sebagai harinya bagi para pelajar. Bahkan di hari ini sejumlah peralatan khusus belajar di sembahyang atau dihaturkan sesajen. Tidak hanya itu, bahkan diterapkan di setiap sekolah kalau pada hari Saraswati tidak diperkenankan melakukan proses belajar mengajar.
"Perlu diluruskan, bahwa hari Saraswati sepatutnya kita melakukan renungan dan intropeksi diri terhadap setiap pelajaran dan pituah dari sang guru. Karena segala sumber ilmu pengetahuan diturunkan oleh guru kita. Tidak benar setiap hari Saraswati kita tidak boleh membaca, tetapi yang benar adalah menyepikan setiap bacaan. Itu yang kita sucikan," bebernya.
Mangku juga meyakinkan bahwa di hari Saraswati ini disimboliskan sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan berdasarkan pada kisah sang Watugunung. Kisah raja yang tidak pernah ada hentinya menuntut ilmu, bahkan tak pernah puas menuntut ilmu. Hingga mendapat pencerahan ilmu pengetahuan tertinggi dari sang Aji Saraswati.
"Usai perayaan Saraswati, esok harinya (Minggu) umat dan seluruh manusia ramai mendatangi sumber mata air. Biasanya dari pagi hari hingga jelang petang, pantai dan sungai ramai didatangi untuk melakukan ritual pembersihan diri yang disebut mebanyu pinaruh," pungkasnya.