Mendiang Romo Pujo dikenal pelindung & penyemangat aktivis 98
Kedekatan Romo Pujo dengan para aktivis terjadi saat dia menjadi rektor Seminari Jangli, Kota Semarang pada era 1990-an.
Mendiang Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta yang wafat pada Selasa (10/11) sekitar pukul 23.30 WIB di Rumah Sakit Elisabeth Kota Semarang, Jawa Tengah dikenal dekat dengan para aktivis 1998 saat melawan pemerintah Orde Baru di masa Soeharto memimpin.
Kedekatan Romo Pujo, sapaan akrabnya, sejak tahun 1990-an dimulai saat dia menjabat sebagai Rektor Seminari Jangli, Kota Semarang, Jawa Tengah.
"Di Wisma Seminari Jangli itulah, pergerakan dari teman-teman aktivis 98 dari berbagai organisasi sayap perlawanan orde baru era Soeharto berlangsung. Romo Pujo sering memberikan fasilitas kepada rekan-rekan aktivis yang merapatkan barisan. Fasilitas itu berupa tempat dan segala sarana Seminari Jangli untuk pergerakan aktivis 98 melawan rezim Soeharto," ungkap mantan Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jateng dan KIPP Semarang RY Agung Setijono kepada merdeka.com Rabu (11/11) di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Beberapa aktivis yang sempat bergelut dan dekat dengan Romo Pujo saat itu di antaranya Ketua Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) Wirayanti, Ketua Pergerakan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Semarang Leopard Soedharsono, Pengurus Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Korwil Jateng Abdul Kadir Karding.
Tak pelak, Wisma Seminari Jangli Semarang yang sering digunakan oleh aktivis 98 untuk rapat dan diskusi menyebabkan menjadi sasaran intaian dan peneropongan oleh aparat TNI-Polri yang saat itu masih bernama ABRI.
"Jangli sempat dan sering menjadi sasaran intaian jika teman-teman aktivis berkumpul dan melakukan rapat secara sembunyi-sembunyi ditempat tersebut. Seperti yang terjadi di Wisma Driyarkara di Jalan Dr Tjipto Kota Semarang. Memang secara fisik, tidak disentuh oleh ABRI. Tapi sempat menjadi target operasi ABRI," ungkapnya.
Bahkan, jika teman-teman aktivis 98 bergerak melakukan aksi demonstrasi terkait upaya perlawanan rezim Soeharto meski tidak hadir selalu memberikan semangat dan membangkitkan gelora para aktivis untuk tetap memperjuangkan kepentingan rakyat.
"Saya ingat betul. Meski tidak hadir, di sela-sela kesibukanya mengurusi umat katolik Romo Pujo tetap memberikan semangat kepada kawan-kawan pergerakan saat itu melalui pesan singkatnya lewat pager. Yang pada masa itu belum ada telepon seluler atau hanphone," paparnya.
Sampai-sampai, pada masa itu Wisma Seminari Jangli nomor faksimilinya dijadikan sebagai nomor kontak sekretariat KIPP Jateng dan KIPP Semarang yang saat itu menyuarakan dan mengkampanyekan gerakan Golongan Putih (Golput) di masa era Soeharto, sekitar tahun 1992-nan.
"Itulah bentuk kedekatan dan kepedulian Romo Pujo terhadap kawan-kawan aktivis 1998 nan. Sehingga sejarah, kenangan dan catatan almarhum Romo Pujo sampai saat ini tidak akan dilupakan oleh kawan-kawan aktivis 98," pungkas Ompong, panggilan akrab RY Agung Setijono kepada merdeka.com.