Menengok 'Kota Mati' di Depok, Berbulan-bulan Terisolir Dibuat Banjir
Banjir berasal dari luapan air Kali Pesanggarahan. Ini disebabkan tumpukan sampah di TPA Cipayung yang longsor ke kali.
Banjir tak kunjung surut dari kampung itu sejak sembilan bulan lalu.
- Penduduk Miskin di Pesisir Jakarta Terbebani Perubahan Iklim, Ini Penyebabnya
- FOTO: Berbulan-bulan Banjir yang Disebabkan Gunung Sampah Masih Merendam Rumah-Rumah hingga Melumpuhkan Jalan di Depok
- Hujan Disertai Angin dan Petir, Depok Dilanda Banjir hingga Pohon Tumbang
- Tinjau Banjir di Semarang Utara, Wali Kota Ita Ikut Bantu Evakuasi Warga
Menengok 'Kota Mati' di Depok, Berbulan-bulan Terisolir Dibuat Banjir
Kawasan Kampung Bulak Barat RT 04 RW 08 Kelurahan Cipayung, Depok bak sebuah 'kota mati'. Sejak sembilan bulan lalu, warga setempat terisolir akibat banjir yang tak kunjung surut. Kini rumah mereka tergenang dan tidak dapat melakukan aktivitas. Bahkan pabrik tahu yang ada di lokasi terpaksa tutup.
Anis, salah satu warga menceritakan. Banjir sudah terjadi sejak lama dan tidak pernah surut. Genangan air setinggi satu meter lebih itu merendam jembatan penghubung Kampung Bulak Barat dengan Pasir Putih, Sawangan.
“Hampir empat bulanan, banjir terus. Kadang surut kadang naik, tapi sudah ngga bisa buat lewat selama empat bulan,” katanya, Senin (29/4).
Kondisi itu membuat kampung itu terisolir dan kini seperti kota mati. Setelah warganya memilih meninggalkan rumah mereka dan mengontrak ke lokasi lain.
"Iya warga enggak bisa lewat. Kalau dulu kan lewat jembatan langsung ke Pasir Putih. Kalau sekarang harus mutar jauh," ungkapnya.
Kondisi berlarut ini membuat warga merasa dirugikan karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
“Ada tiga rumah yang terdampak sama satu pabrik tahu tutup karena enggak bisa masuk,” ujarnya.
Menurutnya, banjir parah sempat terjadi saat puasa lalu. Ketinggian air sekitar tiga meter dan merendam sejumlah rumah yang ada dekat jembatan.
“Pas pertengahan puasa kemarin sempat banjir tinggi. Lebaran juga banjir,” katanya.
Banjir berasal dari luapan air Kali Pesanggarahan. Ini disebabkan tumpukan sampah di TPA Cipayung yang longsor ke kali.
“Kalau enggak salah di sisi jalan sebelah sana banyak sampah dari TPA kalau ngga salah,” ujarnya.
Menunggu Perhatian Pemda
Ketua RT setempat, Naserih mengatakan, kondisi ini sudah dilaporkan ke pihak lurah hingga pemerintah kota. Namun sejak banjir terjadi pada September 2023 hingga April 2024 belum ada penyelesaian atas permasalahan tersebut.
“Dari lurah sampai wali kota sudah tahu semua, tinggal penyelesaian. Warga merasakan dirugikan karena ini jalur lintas tembus ke Pasir Putih. Akses jalan ini sudah lama ngga bisa dilalui karena ini jalur alternatif warga,” katanya.
Banjir terjadi karena pendangkalan Kali Pesanggrahan akibat longsoran sampah TPA Cipayung. Ini menyebabkan air tidak dapat melintas di jalur yang seharusnya dan meluap ke jalan.
“Kendala awal sungai karena saluran air di bawah jembatan tersumbat sehingga air meluap. Terjadi penyempitan, yang awalnya lebar 4 meter sekarang 1 meter dekat TPA karena longsoran sampah. Longsoran sampah memakan tanah warga di Pasir Putih,” ujarnya.
Warga berharap agar pemerintah memperhatikan kondisi ini. Karena warga merasa sangat dirugikan sejak banjir terjadi dan tidak kunjung surut.
“Harapannya ada penyelesaian. Di ujung sana (dekat TPA) ngga ada pengerjaan karena tumpukan sampah, kalau diperluas jalur keluar air otomatis air surut. Jalur air bisa lebih besar. Pemicu utama sampah,” tegasnya.
Banjir yang menggenangi lokasi membuat akses jalan terputus. Sehingga kawasan tersebut berubah menjadi kota mati.
“Menjadi kawasan mati setelah banjir karena akses terputus sejak banjir September 2023,” pungkasnya.