Mengikat janji suci di bulan haji
Undangan pernikahan di bulan Haji ini pun membludak.
Sebagian masyarakat Indonesia, terutama Jawa, meyakini bulan Dzulhijjah atau bulan Besar atau bulan haji adalah bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan. Sehingga banyak orang tua yang menikahkan anaknya di bulan tersebut.
Wal hasil, undangan pernikahan di bulan Haji ini pun membludak. Bahkan, hampir setiap weekend, undangan pernikahan dari teman, kerabat, atau pun sanak saudara datang silih berganti.
Tak hanya di bulan haji sebenarnya, di bulan Syawal dan Dzulqo'dah, undangan pernikahan sudah mulai datang silih berganti. Puncaknya, di bulan Dzulhijjah, hampir tiap minggu ada undangan perkawinan. Bahkan, di kampung-kampung, menikahkan anak tak cuma di hari libur saja. Melainkan di weekday, banyak pasangan pengantin dinikahkan, terutama di hari dan tanggal yang dianggap baik.
Ada juga pantangan-pantangan menikah di bulan tertentu, bulan Muharram atau bulan Suro misalnya. Orang Jawa sangat anti menikahkan anaknya di bulan tersebut. Kenapa demikian?
Merdeka.com akan mengupas tuntas tentang hal ini di tematik Minggu (27/9) ini, termasuk mendatangi KUA apakah benar bulan haji ramai dijadikan pasangan muda mudi untuk mengikat janji suci. Pengamat dan tokoh agama pun akan kami mintai pendapatnya terkait hal ini.
Tak lupa para calon mempelai pun kami wawancarai untuk menanyakan langsung alasan mereka nikah di bulan haji. Selamat membaca.