Menguji Kesabaran di Jalur Pasar Serpong
Aktivitas perniagaan hingga memakan badan jalan di kawasan Pasar Serpong, Kota Tangerang Selatan, dikeluhkan masyarakat pengguna jalan. Selain menyebabkan penyempitan jalan yang membuat kemacetan, kawasan sekitar pasar menjadi terlihat sangat kumuh.
Aktivitas perniagaan hingga memakan badan jalan di kawasan Pasar Serpong, Kota Tangerang Selatan, dikeluhkan masyarakat pengguna jalan. Selain menyebabkan penyempitan jalan yang membuat kemacetan, kawasan sekitar pasar menjadi terlihat sangat kumuh.
"Enggak pernah ada solusi kemacetan dan ketidakteraturan para pedagang yang memaksa berjualan di badan jalan," terang Miska, pengguna jalan ditemui, Rabu (9/3/2022).
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kenapa Yel Yel Kelompok Lucu penting? Tahukah kalian, yel yel kelompok lucu ini sebenarnya dibuat untuk mendukung dan menciptakan kekompakan tim. Bukan hanya itu saja, yel yel kelompok lucu juga dibuat agar suasana bisa semakin meriah dan menarik.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Apa itu kue ketan? Kue ketan adalah salah satu makanan tradisional yang memiliki tempat istimewa dalam ragam kuliner nusantara.
Pantauan di Jalan Raya Serpong, terlihat meja lapak pedagang sayur mayur, ikan, kue dan daging ayam berjajar. Para pedagang menjajakan jualannya di badan jalan di luar bangunan pasar.
Kondisi seperti ini selalu terulang setiap hari. Belum lagi ulah sopir angkutan kota (angkot) yang sembarangan 'ngetem' mencari penumpang di sekitar lokasi.
"Paket komplet kalau bawa kendaraan apalagi mobil lewat Pasar Serpong, pertama perlintasan kereta, terus pedagang di pinggir jalan sama angkot-angkot ngetem. Sudah jadi pemandangan biasa," kata Aldi, warga sekitar Pasar Serpong.
Keluhan serupa juga disampaikan Khotib, pedagang sayur mayur di area Pasar Serpong, yang menginginkan adanya penertiban lapak-lapak pedagang di luar bangunan pasar, karena menyebabkan pembeli enggan berbelanja di area dalam pasar.
"Sebenarnya pedagang di dalam semua mengeluhkan adanya lapak-lapak yang ada di jalan. Kita semua sudah kumpulkan tanda tangan menolak dan meminta ditertibkan, tapi enggak ada solusi dan begitulah kondisinya," keluh Khotib.
©2022 Merdeka.com
Dia menerangkan, pada masa kepemimpinan Wali Kota Airin Rachmi sebelumnya, pelapak di luar pasar sempat diatur. Namun kini pelapak di badan jalan malah semakin liar.
"Zaman Bu Airin dulu sempat diatur, terus sekarang malah semakin ramai. Kita inginnya mereka diatur. Karena kita berjualan di dalam kan juga ada biaya-biayanya. Dan uang yang kami keluarkan jelas," ucapnya.
Dugaan Pungli
Pelapak di badan jalan area luar pasar Serpong, Sri (bukan nama sebenarnya) mengaku sudah berjualan di badan jalan sejak belasan tahun lalu. Dipilihnya lokasi berjualan di badan jalan, karena tidak sanggup membayar sewa lapak di dalam pasar.
"Engga ada modal buat bayar sewa, sudah 15 tahun di sini. Kalau di sini, hanya Rp5 ribu sehari. Tergantung, ada yang Rp10 ribu juga," katanya.
Dia menegaskan, uang retribusi yang ditarik setiap hari ke pelapak di badan jalan luar area pasar, dilakukan oleh preman kampung.
©2022 Merdeka.com
"Sama okem, nanti juga datang. Dia narikin duit setiap hari. Saya lebih milih bayar ke dia, murah," ujarnya.
Sejarah Pasar Serpong
Sejarawan dan Budayawan Banten, TB. Sos Rendra menerangkan, keberadaan Pasar Serpong telah ada sejak tahun 1975. Saat masih dalam wilayah administrasi Kabupaten Tangerang, Provinsi Jawa Barat.
Sebelum di lokasi saat ini, warga sekitar Rumpin, Cisauk dan Serpong, melakukan transaksi jual beli di kawasan Tepekong, dekat Klenteng Boen Hay Bio, Kelurahan Cilenggang, pinggir kali Cisadane, yang dikenal dengan sebutan pasar Sawo.
"Pasar Sawo itu sejak tahun 1901 sampai 1981. Di situ masyarakat yang akan ke pasar menggunakan eretan, rakit atau orang Serpong bilang, Getek," jelas dia.
©2022 Merdeka.com
Selanjutnya, Pemerintah Kabupaten Tangerang yang masih menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat, memindah lokasi pasar dari pinggiran kali Cisadane, dekat Klenteng Boen Hay Bio, ke lokasi sekarang dekat stasiun Serpong.
Kemungkinan pertimbangan pemerintah saat itu, dianggap Pasar Sawo tempatnya sempit. Dan di lokasi itu tempat tinggal etnis Tionghoa. Maka dipindah ke lokasi sekarang. Di tempat sekarang ini, pada masa itu, ada Puskesmas, ada stasiun kereta juga," jelasnya.
"Benar, itu pindah tahun 1975. Saya ingat betul, karena tahun itu saya ikut antre beras dibatasi dua liter, minyak tanah satu liter. Kalau sekarang minyak goreng yang susah," jelas dia.
©2022 Merdeka.com
Tb Sos Rendra juga menegaskan, pada awal-awal perpindahan ke lokasi Pasar Serpong, belum banyak penjual dan pembeli. Namun sejak akses jalan mulai bagus di era tahun 1990an dan 2000, pedagang berjualan di badan-badan jalan.
"Dulu kan kekurangan penjual dan pembeli, enggak ada yang di pinggir jalan itu, pas jalan bagus saja tahun 1990an 2000 sudah kebanyakan pedagang, dan itu orang mana-mana saja," jelas dia.
(mdk/cob)