Merangkul Generasi Milenial untuk Sebarkan Konten Sejuk di Dunia Maya
Kaum milenial peduli perdamaian di dunia maya dinilai harus menjadi gerakan global. Mereka harus didorong menebarkan pesan-pesan perdamaian dan tidak mudah terhasut propaganda radikal terorisme maupun ujaran kebencian.
Kaum milenial peduli perdamaian di dunia maya dinilai harus menjadi gerakan global. Mereka harus didorong menebarkan pesan-pesan perdamaian dan tidak mudah terhasut propaganda radikal terorisme maupun ujaran kebencian.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya semua pihak baik dari institusi pemerintah dan kalangan swasta harus berperan aktif. Pelatihan-pelatihan generasi muda untuk menangkal kekerasan, intoleransi tidak hanya dilakukan BNPT, kementerian lain seperti Kemendikbud, Kemenristek Dikti, Kemenkominfo, dan Kemenpora juga bisa turut serta.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan slogan "Nusantara Baru, Indonesia Maju" digunakan? Pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia, jargon "Nusantara Baru, Indonesia Maju" menjadi sorotan masyarakat.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan Kota Tua Jakarta didirikan? Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada 1526, ketika Fatahillah, seorang komandan dari Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan Pajajaran.
"Harus memberikan pelatihan kepada generasi muda untuk mau peduli dalam menyebarkan masalah perdamaian melalui dunia maya," ujar Guru Besar Sosiologi Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Indonesia (UI), Iwan Gardono Sujatmiko dalam keterangannya, Minggu (28/4).
Dikatakan Iwan, jika nantinya semua pihak bisa menggandeng para generasi muda tersebut, maka lama-lama para generasi muda penggerak perdamaian di dunia maya itu akan menjadi banyak dan akhirnya bisa mengkampanyekan secara masif.
"Kalau hal itu bisa ditonjolkan tentunya negara lain akan dapat melihat hal tersebut bahwa Indonesia berupaya mengkampanyekan perdamaian melalui generasi mudanya," katanya.
Kalau itu terjadi, menurut Iwan, maka Indonesia akan menjadi pelopor kaum milenial menggaungkan perdamaian tersebut. Sejauh ini BNPT telah membentuk Duta Damai Asia Tenggara.
"Semula lingkupnya nasional sekarang berkembang ke wilayah regional. Nanti mungkin bisa juga dicontoh di kawasan lain seperti Asia Selatan atau mungkin juga di Timur Tengah," ungkap alumni Havard University, Amerika Serikat ini.
Selain itu, lanjutnya, agar kaum millenial mau menggaungkan perdamaian secara global bisa juga dilakukan melalui kampus-kampus. Hal ini dikarenakan mahasiswa di kampus itu juga memiliki jaringan dan juga dapat disinergikan melalui unit-unit kegiatan mahasiswa yang lebih kepada nilai harmoni kebhinnekaan dan toleransi.
"Karena hal itu juga merupakan bagian untuk men-counter propaganda yang dilancarkan kelompok-kelompok yang ingin mengembangkan intoleransi. Itu yang mungkin selama ini masih kurang digalakkan di kampus-kampus. Termasuk di jenjang bangku sekolah seperti tingkat SMA," jelasnya.
Menurutnya, setelah infrastruktur telah banyak dibangun negara kita ini maka selanjutnya sumber daya manusia (SDM) bangsa ini juga harus dipekuat. Saat ini dunia maya sudah banyak digerilya oleh kelompok-kelompok radikal baik di sosmed dan lainnya mengenai hal-hal yang bersifat kekerasan, intoleransi dan sebagainya.
"Itu yang terjadi. Kalau tidak di-counter ya tentunya akan membuat suasana bangsa ini bisa semakin buruk. Tidak hanya di bangsa ini saja, tetapi di negeri lain juga akan berdampak," kata pria anggota Kelompok Ahli BNPT bidang Sosiologi ini.
Untuk itu dirinya kembali mengimbau agar banyak pihak ikut turun tangan membangun generasi milenial lebih peduli terhadap perdamaian. Dia mengatakan sekarang ini mahasiswa dan pelajar mayoritas adalah pengguna cyber sehingga perlu dibekali pemahaman seperti toleransi, wawasan kebangsaan dan hal berhubungan dengan budaya kita agar nasionalismenya tak tergerus hal negatif.
"Jadi harus semua pihak, sekolah, pemerintah dan bahkan televisi harus memberikan edukasi positif. Tayangan tentang budi pekerti yang akan membangkitkan karakter anak untuk bisa membangun perdamaian juga," tandasnya.
(mdk/did)