Milenial Rawan Radikalisme, Eks Napiter Wanti-Wanti Orang Tua Awasi Anak
Joko menyampaikan, orang tua mempunyai kewajiban memperhatikan aktivitas anak. Mulai dari pergaulan sehari-hari, sekolah, hingga tempat ibadah. Mengingat, semua anak bisa menjadi sasaran.
Generasi milenial sangat rawan terpapar paham radikalisme dan terorisme. Kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan Mabes Polri beberapa waktu lalu mengungkapkan beberapa fakta baru.
Peristiwa tersebut nyatanya melibatkan generasi milenial. Di Makassar pelaku bom berinisial L diketahui masih berusia 26 tahun. Sedangkan, penyerangan di Mabes Polri dilakukan oleh ZA yang masih berusia 25 tahun.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa kegiatan Atta Halilintar di Yogyakarta? Jadi, aku tuh ada acara, ada undangan di Yogyakarta. Kebetulan aku di Yogya dan di sini terkenal dengan wisata kulinernya, jadi aku yakin Yogya pasti the best buat makanan. Istri pun nitip makanan," pungkas Atta dalam live streaming di YouTubenya.
-
Apa yang disayangkan oleh TPN Ganjar-Mahfud mengenai insiden di Yogyakarta? Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menyayangkan salah seorang warga menjadi korban penganiayaan pada saat Presiden Joko Widodo kunjungan kerja Ke Yogyakarta.
-
Apa masalah utama yang dihadapi Yogyakarta terkait sampah? Sampah di Yogyakarta ini rasane ora kelar-kelar, ora uwis-uwis (rasanya enggak pernah selesai, enggak ada habisnya). Pertanyaannya, kepiye kok ngene? Gitu kan? Terus muncul timbunan sampah di 14 depo yang ada di kota,
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Apa yang dilakukan Profesor Adi Utarini untuk menekan demam berdarah di Yogyakarta? Uji coba yang dilakukan di Yogyakarta ini merupakan uji coba terkontrol acak pertama dari pendekatan baru dalam pengendalian demam berdarah.
Mantan narapidana terorisme (napiter), Joko Suroso atau yang akrab disapa Joko Padang menilai, dibutuhkan peran orang yang cukup besar sebagai pencegahan. Karena orang tua merupakan pendidik awal di dalam keluarga. Terlebih dengan tak terbendungnya perkembangan teknologi informasi (TI) yang nyaris tanpa terfilterisasi.
"Idealisme kaum milenial cukup tinggi dan akan diperjuangkan hingga tercapai. Termasuk jika masuk dalam paham terorisme. Apalagi kalau dikaitkan dengan sentimen agama, maka sangat muda sekali untuk dimasuki. Di sini peran orang tua sangat penting," ujar Joko dalam acara Ngabuburit dan Silaturahmi antara PWI Solo, Polda Jateng dan Yayasan Gema Salam di Adhiwangsa Hotel Solo, Senin (3/4).
Joko menyampaikan, orang tua mempunyai kewajiban memperhatikan aktivitas anak. Mulai dari pergaulan sehari-hari, sekolah, hingga tempat ibadah. Mengingat, semua anak bisa menjadi sasaran.
"Semua anak bisa jadi sasaran. Tidak peduli itu orang dari Muhammadiyah atau dari NU. Siapa saja bisa direkrut oleh orang yang berpaham radikal," katanya.
Jika ada semangat dan momentum yang tepat, lanjut pria yang pernah masuk jaringan teroris Noordin M Top dan Dr Azhari itu, maka semakin mudah untuk masuk.
Dalam diskusi dengan tema 'Membendung Radikalisme di Kalangan Anak Muda' tersebut, mengatakan, cara membendungnya memang tidak mudah.
"Butuh waktu lama dan tidak bisa secara instan. Orang tua harus bisa mengarahkan anak untuk memilih komunitas pergaulan," katanya.
"Seperti anaknya menghadiri diskusi kok mengarahnya semakin keras dan orang tua tidak didengarkan, nah itu ada indikasi. Ini harus diperhatikan," katanya.
Direktur Amir Machmud Center (AMC), Dr Amir Machmud menambahkan, saat ini paham radikalisme sudah masuk semua kalangan. Mulai dari ASN, pelajar, mahasiswa, anak hingga polisi.
"Paham radikalisme ini sudah masuk ke beberapa level kalangan. Jangan sampai kita biarkan, karena radikalisme tidak akan hilang mengingat ini adalah ideologi," katanya.
Dirintelkam Polda Jateng, Kombes Jati Wiyoto Abadi mewakili Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi mengapresiasi kegiatan silaturahmi tersebut. Ia menilai, diperlukan sinergitas antarpihak dan stakeholder untuk membendung radikalisme dan terorisme di Tanah Air.
"Tugas polri tidak hanya penegakkan hukum saja. Tetapi juga membangun sinergitas untuk membendung terorisme. Dibutuhkan dukungan semua pihak. Dengan kegiatan ini semoga setidaknya kita bisa berbuat ke negara untuk memerangi radikalisme dan terorisme," kata Jati.
Baca juga:
DPR Minta Kemenpan RB dan BNPT Petakan ASN Terpapar Paham Radikalisme
Tjahjo Sebut Banyak Kehilangan Calon Eselon I Gara-Gara Terlibat Radikalisme
Cegah Aksi Terorisme, Kemen PPPA Sebut Anak Bisa Dilibatkan Jadi Agen Perubahan
Perbanyak Gagasan Moderat buat Lindungi Generasi Muda dari Paham Radikal Intoleran
Imparsial Dukung Perpres Penanggulangan Ekstremisme, Tapi Sasaran Harus Diperjelas
Bupati Kediri Berencana Buat Program untuk PAUD Terkait Bahaya Radikalisme