Profesor Adi Utarini dan Upaya Eliminasi Demam Berdarah di Indonesia
Profesor Adi Utarini manfaatkan bakteri Wolbachia untuk mengendalikan pertumbuhan nyamuk demam berdarah.
Profesor Adi Utarini dan Upaya Eliminasi Demam Berdarah di Indonesia
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan rentan meningkat jumlahnya pada musim hujan.
Penanganan dan pencegahan melawan demam berdarah merupakan hal yang terus dilakukan di Indonesia. Salah satu upaya paling jitu dalam menangani demam berdarah ini adalah metode yang dilakukan oleh Profesor Adi Utarini dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebagai seorang profesor di bidang kesehatan masyarakt Adi Utarini fokus dalam upaya memerangi demam berdarah. Demam berdarah telah menjadi masalah kesehatan yang serius di banyak negara, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Melalui metodenya, Profesor yang akrab disapa Uut ini Adi Utarini berhasil mencapai hasil yang luar biasa dengan mengurangi kasus demam berdarah sebesar 77 persen di yogyakarta. Mereka melakukan ini dengan melepaskan nyamuk yang telah dimodifikasi untuk menghentikan penularan virus.
-
Apa yang dilakukan Dr. Utarini? 'Saya bangga menulis tentang karya Dr. Utarini untuk #Time100 tahun ini. Saya harap Anda menganggapnya sama menginspirasi seperti saya,' Siapa Dr. Adi Utarini Itu? Ia adalah ilmuwan asal Indonesia yang berikhtiar secara terus menerus melalui penelitiannya tentang nyamuk Wolbachia.
-
Apa penyebab Demam Berdarah? Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
-
Bagaimana cara mereka melawan demam berdarah? Kampanye ini melibatkan kegiatan edukatif, pembersihan lingkungan, dan pemeriksaan tempat-tempat potensial berkembangbiaknya nyamuk.
-
Bagaimana mencegah demam berdarah? Salah satu cara yang paling terkenal dalam mencegah demam berdarah pada anak ialah dengan melakukan 3M atau menguras, menutup dan mengubur.
-
Apa penyebab utama demam berdarah? 'Tiga faktor lingkungan yang berkontribusi pada semakin meningkatnya penyakit demam berdarah adalah curah hujan, suhu yang panas, dan kelembapan. Tiga hal ini ada di Indonesia dan ini yang mendukung keberadaan vektor dari demam berdarah yaitu nyamuk aedes aegypti,' jelasnya.
-
Bagaimana cara mencegah demam berdarah? Untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue (DBD), salah satu solusi yang dapat diandalkan adalah vaksinasi. Vaksin ini dirancang untuk memberikan perlindungan kepada seluruh anggota keluarga, asalkan dosis yang diberikan mengikuti anjuran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Namun, yang lebih penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan.
Teknik yang digunakan dalam pengendalian demam berdarah ini melibatkan nyamuk Aedes aegypti yang ditambahi dengan bakteri Wolbachia. Bakteri ini mampu menekan virus dan mencegah nyamuk mengirimkannya kepada manusia. Telur nyamuk yang dimodifikasi kemudian ditempatkan di seluruh kota, termasuk di rumah-rumah penduduk.
Uji coba yang dilakukan di Yogyakarta ini merupakan uji coba terkontrol acak pertama dari pendekatan baru dalam pengendalian demam berdarah. Adi Utarini berhasil mengumpulkan dukungan masyarakat setempat dengan cara menginformasikan mereka tentang teknologi ini melalui berbagai media komunikasi.
Dengan berhasilnya uji coba di Yogyakarta, nyamuk Wolbachia kini dilepaskan di seluruh kota tersebut. Para peneliti demam berdarah kini mempertimbangkan kemungkinan untuk mengeliminasi virus ini sepenuhnya dari kota tersebut.
Kesuksesan ini tidak terlepas dari peran Adi Utarini yang telah memimpin tim dengan baik. Dia dikenal sebagai sosok yang tenang namun persuasif. Adi Utarini telah menjadi pemersatu dalam menjalankan uji coba yang kompleks ini.
Adi Utarini menerima Habibie Research Award pada 2019, Nature’s 10: ten people who helped shape science pada 2020, serta 10 Inspiring Women oleh Forbes Indonesia pada 2021.
Kini, para peneliti dan masyarakat berharap bahwa teknologi Wolbachia dapat memberikan solusi dalam mengatasi masalah demam berdarah, baik di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lain di Indonesia. Keberhasilan ini memberikan harapan bahwa virus ini dapat dikendalikan dan masyarakat dapat terbebas dari DBD.
Kementerian kesehatan sendiri telah mengadopsi teknik ini untuk diterapkan di sejumlah kota lain seperti Semarang, Kupang, Bontang, Jakarta Barat, dan Bandung. Harapannya di masa mendatang demam berdarah tidak lagi menjadi momok bagi masyarakat Indonesia.