3 Faktor Pemicu Meningkatnya Demam Berdarah Dengue pada Musim Hujan
Penyakit dengue merupakan masalah kesehatan yang endemik di Indonesia, dan keberadaannya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang terdapat di negara ini.
Belakangan ini, beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jakarta, telah mengalami hujan. Dengan datangnya musim penghujan, penting bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit. Mengenai hal ini, Dicky Budiman, seorang ahli Keamanan dan Ketahanan Kesehatan dari Griffith University Australia, mengingatkan pentingnya waspada. "Sekarang sudah musim hujan yang cukup intensif di beberapa daerah. Bicara penyakit di musim hujan khususnya untuk Indonesia, tropical diseases-nya yang paling serius adalah demam berdarah dengue" ujarnya dalam pesan suara yang diterima oleh Health Liputan6.com pada Senin (11/11/2024).
Dicky menambahkan bahwa demam berdarah merupakan penyakit endemik di Indonesia, dan ada tiga faktor yang mendukung kemunculan penyakit ini. "Tiga faktor lingkungan yang berkontribusi pada semakin meningkatnya penyakit demam berdarah adalah curah hujan, suhu yang panas, dan kelembapan. Tiga hal ini ada di Indonesia dan ini yang mendukung keberadaan vektor dari demam berdarah yaitu nyamuk aedes aegypti," jelasnya.
-
Apa penyebab Demam Berdarah? Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
-
Kenapa demam berdarah rentan muncul di musim hujan? Salah satu ancaman utama adalah demam berdarah dengue, yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak di genangan air hujan.
-
Bagaimana perubahan iklim memengaruhi demam berdarah? Riset menunjukkan bahwa suhu ideal untuk penyebaran penyakit ini berkisar antara 20 hingga 29 derajat Celcius.
-
Bagaimana cara mencegah demam berdarah di musim hujan? Cara mencegahnya, 3M plus yaitu nguras bak mandi, tutup tempat air, manfaatin barang bekas, dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
-
Apa yang menyebabkan demam berdarah? Demam berdarah, yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi, dikenal menyebabkan demam tinggi dan nyeri tubuh.
Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut, nyamuk penyebab DBD dapat berkembang biak dengan lebih mudah, terutama di daerah pemukiman yang padat dan kumuh. "Bahkan di lingkungan yang bersih sekalipun ketika manajemen pembuangan air limbahnya tidak tertata baik, ada genangan, nah ini juga yang akhirnya membuat potensi tersedianya breeding site atau tempat berkembangbiaknya nyamuk," tambah Dicky.
Meningkatnya Kasus DBD di Indonesia
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia masih mengalami peningkatan yang signifikan. Hingga minggu ke-41 tahun 2024, atau sekitar bulan Oktober, tercatat 203.921 kasus dengue dengan 1.210 kematian. Hal ini disampaikan oleh dr. Fadjar SM Silalahi, Ketua Tim Kerja Arbovirosis dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI).
"Kita melihat bahwa kasus dengue di Indonesia angkanya masih terus bertambah. Kami mencatat, sampai dengan minggu ke-41 tahun 2024, terdapat 203.921 kasus dengue dengan 1.210 kematian, yang berasal dari 482 Kabupaten/Kota di 36 Provinsi," papar Fadjar dalam acara PENTALOKA Nasional ADINKES 2024 yang diadakan oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia pada 6 November 2024 di Yogyakarta.
Upaya Pencegahan DBD
Fadjar menjelaskan bahwa pihaknya telah melaksanakan berbagai program dalam proyek strategi nasional (PSN). Program-program tersebut mencakup larvasida, fogging fokus, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, serta penerapan Gerakan 3M Plus. Prinsip dasar pencegahan DBD ini melibatkan kegiatan seperti menguras tempat penampungan air, menutup rapat penampungan air, dan memanfaatkan barang-barang yang dapat menjadi lokasi berkembang biaknya nyamuk. "Plus" dalam prinsip ini mencakup tindakan tambahan seperti penggunaan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela, dan lainnya.
Pemerintah juga telah menetapkan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) untuk periode 2021-2025 dengan pendekatan pencegahan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. "Upaya ini tidak hanya terfokus pada pengendalian vektor dan lingkungan, tetapi juga secara progresif mengadopsi metode pencegahan inovatif, termasuk vaksinasi dan nyamuk ber-Wolbachia," ungkap Fadjar. Dengan demikian, diharapkan penanggulangan DBD dapat lebih efektif dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat.
Menurut Fadjar, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan efektif tanpa adanya kerjasama dari semua pihak. "Implementasi kebijakan ini memerlukan kolaborasi yang kuat antara sektor publik dan swasta. Untuk itu, kami mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam penerapan strategi ini," ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa dengan pendekatan inovatif yang kini semakin mudah diakses, diharapkan semua lapisan masyarakat dapat mendapatkan perlindungan yang lebih baik dari risiko dengue, yang merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang berkelanjutan," jelasnya.