Banyak Miskonsepsi, Seseorang yang Pernah Alami DBD Masih Bisa Terjangkit Lagi
Salah satu hal yang banyak dipercaya adalah bahwa ketika seseorang pernah terkena DBD, dia tidak akan mengalaminya lagi.
Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue. Namun, pandangan ini adalah sebuah miskonsepsi yang berbahaya.
Faktanya, ada empat serotipe virus dengue yang berbeda, yang berarti seseorang bisa terinfeksi virus ini lebih dari satu kali.
-
Kapan seseorang bisa terinfeksi Demam Berdarah lagi? 'Sudah kena DBD memang masih bisa kena DBD lagi, tapi biasanya sesudah tiga hingga enam bulan kemudian, karena antibodi IGM masih bisa bertahan hingga tiga bulan,' ujar Rahma.
-
Siapa yang bisa terjangkit DBD? Banyak orang tua percaya bahwa anak yang pernah mengalami demam berdarah dengue (DBD) tidak akan terkena infeksi ini lagi. Namun, keyakinan tersebut merupakan mitos yang keliru. Menurut dr. Ida Safitri Laksanawati, seorang dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), seseorang dapat terinfeksi DBD lebih dari satu kali, dan risiko untuk terinfeksi kembali cenderung lebih serius.
-
Kenapa Demam Berdarah bisa terjadi lagi? Menurut dokter spesialis anak konsultan, Mulya Rahma Karyanti, seseorang yang baru sembuh dari DBD masih memiliki kemungkinan untuk terkena kembali dalam rentang waktu tiga hingga enam bulan setelah sembuh.
-
Kenapa demam berdarah bisa terjadi dua kali? Virus dengue memiliki empat serotipe yang berbeda. Jika seseorang telah terinfeksi oleh satu serotipe, tubuhnya akan memiliki kekebalan terhadap serotipe tersebut. Namun, kekebalan ini tidak melindungi terhadap ketiga serotipe lainnya. 'Maka dari itu, anak yang pernah mengalami DBD tetap berpotensi untuk terinfeksi kembali jika terpapar dengan serotipe yang berbeda,' tambah dr. Ida.
-
Siapa yang bisa terkena Demam Berdarah? Infeksi Kedua Bisa Lebih Fatal Meskipun seseorang mungkin hanya mengalami gejala ringan saat terinfeksi untuk kedua kalinya dengan serotipe yang sama, risiko menjadi lebih serius jika infeksi kedua disebabkan oleh serotipe yang berbeda.
-
Siapa yang rentan terkena DBD? Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk, dengan lebih dari 100 juta kasus dilaporkan setiap tahunnya di seluruh dunia.
“Infeksi DBD bisa berulang, bahkan berisiko lebih parah,” jelas dr. Buti A. Azhali, SpA, MKes, seorang dokter spesialis anak dalam acara edukasi “Langkah Bersama Cegah DBD” di Bandung, Jawa Barat dilansir dari Antara.
Pernyataan ini membuktikan bahwa kekebalan setelah infeksi pertama hanya berlaku untuk satu serotipe, bukan untuk seluruh jenis virus dengue. Dengan demikian, risiko terinfeksi kembali masih ada, bahkan bisa lebih parah karena reaksi tubuh terhadap serotipe lain.
Pentingnya Langkah Pencegahan dan Vaksinasi
Langkah pencegahan yang tepat sangat penting untuk mencegah terjangkitnya kembali DBD. Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan adalah melalui vaksinasi.
“Memastikan perlindungan yang lebih baik melalui langkah-langkah pencegahan yang tepat sangatlah penting, salah satunya melalui metode vaksinasi,” ujar dr. Buti.
Saat ini, vaksin DBD sudah tersedia dan direkomendasikan bagi kelompok usia 6-45 tahun. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan vaksin untuk anak-anak berusia 6-18 tahun, sedangkan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) merekomendasikan vaksin bagi usia 19-45 tahun. Namun, penting untuk diingat bahwa vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan untuk memberikan perlindungan yang optimal.
“Terkait dengan pemberian vaksin secara bersamaan dengan vaksin lain, tentunya masyarakat perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter,” tambahnya.
Beban DBD di Indonesia
Demam berdarah dengue terus menjadi beban serius di Indonesia. Setiap tahun, ribuan kasus dilaporkan di seluruh negeri, menyebabkan beban yang signifikan pada sistem kesehatan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Kementerian Kesehatan RI, dr. Anas Ma’ruf, MKM, Plt, menyatakan bahwa pemerintah telah menyusun strategi nasional yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini.
"Melalui Strategi Nasional Pengelolaan Dengue 2021-2025, kami menetapkan target menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD secara berkelanjutan," ungkapnya.
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat bahwa hingga minggu ke-33 tahun 2024, terdapat 181.079 kasus DBD dengan 1.079 kematian. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencatatkan 44.438 kasus dan 322 kematian. Kota Bandung sendiri memiliki kasus DBD tertinggi di Indonesia dengan 46.594 kasus dan 281 kematian pada periode yang sama.
Melihat tingginya angka kejadian DBD, pemerintah bersama berbagai pihak berkolaborasi untuk meningkatkan kesadaran dan pencegahan melalui berbagai kampanye, salah satunya kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD. Kampanye ini bertujuan untuk mendorong masyarakat melakukan pencegahan DBD dengan cara membersihkan tempat-tempat genangan air, menggunakan penangkal nyamuk, serta mendapatkan vaksinasi. Bandung menjadi salah satu kota yang menjadi lokasi utama penyelenggaraan kampanye ini, setelah sebelumnya digelar di Surabaya dan Jakarta.