Misteri pencipta lagu Halo-Halo Bandung
Walaupun secara umum disebutkan lagu ini ciptaan Ismail Marzuki.
Lagu 'Halo-halo Bandung' menjadi salah satu lagu perjuangan paling terkenal hingga kini. Tetapi siapa pengarang lagu Halo-halo Bandung? Ternyata sampai kini masih menjadi misteri, walaupun secara umum disebutkan lagu ini ciptaan Ismail Marzuki.
Seperti diulas dalam buku berjudul: Saya Pilih Mengungsi. Buku hasil kerja sama Bandung Heritage Society, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung dan Balai Purbakala Nilai Sejarah dan Tradisi Jawa Barat, itu menjelaskan, selama ini banyak pihak yang mengaku menciptakan lagu 'Halo-halo Bandung'.
Artinya, masih ada orang meragukan lagu itu diciptakan Ismail Marzuki. Alasannya, umumnya lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki berirama lembut dan romantis, sementara lagu Halo-halo Bandung berirama cepat dan heroik.
Kemudian buku yang cetakan keduanya terbit pada 2013 itu juga menjelaskan tentang proses terciptanya lagu 'Halo-halo Bandung'. Sebelum peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946, terjadi serangkaian peristiwa penting di antaranya ultimatum Inggris pada 27 November 1945.
Waktu itu Inggris datang ke Bandung bersama pasukan Belanda yang hendak kembali menjajah Indonesia. Inggris memerintahkan pribumi Bandung harus mengungsi ke Bandung Selatan sedangkan warga asing ke utara Bandung. Penduduk Bandung dipisahkan dengan batas rel kereta api.
Buku tersebut kemudian mewawancara Pejuang Bandung yang tergabung dalam Pasukan Istimewa, Pestaraja Humala Marpaung yang biasa dipanggil Bang Maung. Menurut Bang Maung, saat terjadi pengungsian itulah lagu 'Halo-halo Bandung' mulai diciptakan. Penciptanya bukan seseorang tetapi oleh para pejuang Bandung secara bersama-sama di sela pertempuran.
Bang Maung menuturkan, waktu itu penduduk Bandung sudah majemuk, ada orang Medan, Ambon dan lainnya. Begitu juga para pejuangnya. Ketika warga Bandung mengungsi ke Bandung selatan, daerah Ciparay, orang-orang luar Bandung tersebut ikut mengungsi. Malam hari mereka menyelinap melancarkan perang gerilya ke dalam kota.
Para pejuang yang menyaksikan kota Bandung di kejauhan merasakan kerinduannya akan kota tercinta. Maka pejuang dari Medan melepas rindu dengan menyapa Bandung dari kejauhan, 'Halo Bandung'. Kata 'Halo' menjadi sapaan khas pemuda Medan akibat pengaruh film-film cowboy Amerika yang banyak diputar saat itu.
Kata 'Halo Bandung' kemudian sering didendangkan para pejuang, 'Halo-Halo Bandung'. Pejuang lain yang dari Ambon juga merasakan kerinduan menambahkan kalimat, 'sudah lama beta tidak bertemu dengan kau'. Dari situ lah kata 'beta' pada syair lagu pertama kali muncul.
Selanjutnya, kata Bang Maung, syair lagu terus bertambah dan berirama. Kata beta tetap dipakai, kemudian ada perubahan pada kata 'bertemu' menjadi 'berjumpa'.
"Tidak ada itu ada yang menciptakan. Tidak ada. Kita sama-sama saja main-main begini (bernyanyi). Jadi kalau dikatakan siapa pencipta (Halo-Halo) Bandung, Para pejuang Bandung Selatan," kata Bang Maung.
Buku 'Saya Pilih Mengungsi' juga bercerita bagaimana lagu tersebut menjadi begitu populer di masa perjuangan kemerdekaan, bahkan hingga kini. Awalnya lagu itu diperkenalkan suami istri Sandiah dan Soerdjono alias Pak Kasur dan Bu Kasur kepada para pengungsi terutama anak-anak.
Di masa perjuangan, Bu Kasur dan Pak Kasur sering menghibur dan memberi semangat anak-anak pengungsi, caranya dengan mengajak mereka bernyanyi bersama. Suatu hari, Pak Kasur meminta Bu Kasur menghapalkan lagu 'Halo-halo Bandung'. Pak Kasur menyatakan lagu itu diciptakan para pejuang. Sedangkan siapa pencipta pasti lagu itu, baik Bu Kasur maupun Pak Kasur tidak tahu pasti.