Menolak Imbalan atas Karyanya, Pria Berdarah Minang Ini Ternyata Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura
Di balik lagu kebangsaan Singapura, ternyata ada andil pria berdarah Minang.
Di balik lagu kebangsaan Singapura, ternyata ada andil pria berdarah Minang.
Menolak Imbalan atas Karyanya, Pria Berdarah Minang Ini Ternyata Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura
Siapa sangka jika orang Indonesia ikut andil dalam sejarah negara lain? Sosoknya pun dihargai dan selalu diingat.
Inilah Zubir Said. Pria yang berasal dari Sumatera Barat,
Zubir Said berjasa besar terhadap negara tetangga kita yaitu Singapura yang telah menciptakan lagu kebangsaan mereka.
Lebih dari itu, sosoknya juga dikenal sebagai seniman yang mengangkat tema-tema kebudayaan Melayu.
-
Kenapa Zubir Said membuat lagu kebangsaan Singapura? Pada 1958, Zubir diminta oleh Walikota Kota Dewan Singapura, tuang Ong Eng Guan untuk membuat lagu kebangsaan.
-
Siapa yang menciptakan lagu kebangsaan Singapura? Dalam catatan di laman Senandung Lawas, Tarminah diketahui menikah dengan Zubir Sahid, yang merupakan komponis asal Singapura dan pencipta lagu kebangsaan negara tersebut berjudul 'Majulan Singapura'
-
Apa nama lagu kebangsaan Singapura? Ya, ialah Zubir Said yang menggubah lagu kebangsaan "Majulah Singapura".
-
Siapa yang menerima penghargaan dari Singapura? Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mendapat penghargaan dari pihak Pemerintah Singapura.
-
Siapa yang menciptakan lagu Indonesia Raya? Lagu yang dengan cepat mengukir jejaknya sebagai simbol perjuangan dan kebanggaan bangsa ini adalah 'Indonesia Raya,' yang ditulis oleh komponis berbakat, Wage Rudolf Supratman.
Said lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 22 Juli 1907. Ia merupakan anak paling tua dari delapan bersaudara. Sejak umur tujuh tahun Said sudah tidak bersama ibunya yang telah meninggal dunia.
Sementara sang ayah adalah tokoh adat yang beriman menjalankan ajaran-ajaran Islam.
Beliau yang bekerja sebagai kondektur di sebuah perusahaan kereta api milik Belanda. Keuntungan itu dimanfaatkan untuk Said agar bisa menempuh pendidikan di sekolah milik Belanda.
Bakat Musik Sejak SD
Pundi-pundi bermusiknya sudah muncul ketika Said duduk di bangku Sekolah Dasar.
Saat itu ia memperlihatkan kepiawaiannya dalam bermusik, gurunya musiknya pun mulai memperkenalkan dari teknik, gaya belajar dengan membaca notasi dan membentuk grup musik.
Beranjak dewasa tepatnya saat ia menginjak sekolah menengah, Said bergabung dengan salah satu grup band beraliran keroncong. Dari sinilah, ia mulai mempelajari instrumen seperti gitar dan drum.
Terpaksa Bekerja
Dengan keadaan ekonominya yang terbatas, Said dengan terpaksa harus bekerja di usianya yang masih 18 tahun. Ia sempat bekerja di sebuah pabrik pembuatnan batu bata. Kemudian, ia diajak temannya untuk bekerja sebagai juru ketik.
Sembari bekerja, Said tetap meluangkan waktunya sejenak untuk bermain musik. Bahkan, ia masih bergabung bersama grup band keroncong dan memegang instrumen biola.
Memasuki umur 19 tahun, Said memutuskan untuk berhenti bekerja setelah bertemu dengan pegawai pemerintahan desa yang kagum dengan bakatnya tersebut. Kemudian, Said membentuk grup band keroncong baru keliling.
Pergi ke Singapura
Mengutip dari beberapa sumber, Said yang masih berumur 21 tahun memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya menuju Singapura.
Ia pergi atas dasar rayuan dari temannya serta tanpa meminta izin restu kepada sang ayah.
Tiba di Singapura, Said bergabung dengan wayang bangsawan City Opera atau kelompok opera yang pemain-pemainnya berasal dari orang Melayu. Tahun 1936, ia direkrut oleh His Master's Voice atau HMV, sebuah perusahaan rekaman asal Inggris.
Di HMV ini, Said bertemu dengan penyanyi keroncong bernama Tarminah Kario Wikromo dan akhirnya menikah di Jawa pada tahun 1938.
Pada tahun 1941, ia kembali ke Bukittinggi bersama istrinya dan rutin menghibur para tentara Jepang kala itu.
Ciptakan Lagu Kebangsaan Singapura
Said yang kemudian memilih untuk tinggal di Singapura pun mengarang lagu dan musik "Majulah Singapura" yang diperuntukkan sebagai lagu resmi negara tersebut pada tahun 1958.
Hebatnya, ketika ia mengarang lagu tersebut menolak untuk menerima imbalan dari pemerintah dan menyatakan jika menerima penghormatan saja sudah cukup.
Lalu, Said menjadi warga negara Singapura pada tahun 1967.
Ia menghabiskan satu tahun untuk menyelesaikan seluruh rangkaian lagu "Majulah Singapura". Said ternyata diminta langsung oleh Wakil Wali Kota saat itu untuk menulis lagu kebangsaan berdasarkan motto kota yang akan ditampilkan pada Teater Victoria.
Akhirnya, pada 6 September 1958, lagu "Majulah Singapura" berhasil dibawakan pada Teater Victoria oleh Ensemble Kamar Dagang Singapura.
Ketika Singapura menjalankan tatanan pemerintahan, lagu karangan Said yang kemudian dipilih untuk menjadi lagu kebangsaan sampai sekarang ini.