Sosok Amir Hamzah Pasaribu, Seorang Komponis Indonesia Asal Toba yang Dicap Ikut Lekra
Lahir di Tanah Toba, sosok komponis dan musisi ini berperan begitu penting bagi perkembangan musik Indonesia.
Lahir di Tanah Toba, sosok komponis dan musisi ini berperan begitu penting bagi perkembangan musik Indonesia.
Sosok Amir Hamzah Pasaribu, Seorang Komponis Indonesia Asal Toba yang Dicap Ikut Lekra
Sebelum era kemerdekaan Indonesia banyak tokoh-tokoh di bidang musik yang turut menciptakan lagu-lagu nasional yang sering kita dengar ketika upacara atau saat perayaan kemerdekaan tanggal 17 Agustus.
Tak sedikit tokoh musik berasal dari luar Jawa, salah satunya Amir Hamzah Pasaribu yang lahir di Siborong-borong, sebuah kota kecil di daerah Laguboti, Balige, Kabupaten Toba. Namanya mungkin kurang begitu terkenal di telinga masyarakat dan jarang sekali tersorot.
-
Siapa yang terinspirasi? Aksi tak terduga dari polisi di China terhadap salah seorang pedagang buah menuai rasa haru warganet. Banyak air mata sekaligus pujian yang mendarat di kolom komentar.
-
Siapa yang dijuluki 'Maradona Indonesia'? Berangkat dari situlah, Zulkarnain dikenal sebagai 'Maradona Indonesia' sejak berada di klub Krama Yudha Tiga Berlian Palembang.
-
Mengapa Lempah Kuning penting? Lempah Kuning juga sebagai simbol akulturasi orang laut dan orang darat sekaligus kearifan lokal dalam melestarikan lingkungan.
-
Kenapa Tora Sudiro terkenal di Indonesia? Acara ini menjadi fenomena di televisi dan menjadikan Tora sebagai salah satu komedian paling dikenal di Indonesia.
-
Siapa pemain sepakbola legendaris Timnas Indonesia? Pemain legendaris Timnas Indonesia yang berposisi sebagai sayap ini dikenal dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar saat berada di lapangan hijau.
-
Siapa yang pernah menjadi anggota Paskibra Jawa Barat? Desy Ratnasari, seorang aktris dan penyanyi terkenal melalui lagu 'Tenda Biru', ternyata pernah menjadi anggota Paskibra Jawa Barat di Bandung pada tahun 1987.
Jasa Amir bagi perkembangan musik Indonesia pada saat itu patut diapresiasi. Ia menjadi sosok yang begitu lengkap dengan berbagai keahliannya dalam musik, komponis dan bahkan menciptakan karya-karya yang inovatif.
Berikut profil Amir Hamzah Pasaribu sang komponis handal yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Bakat di Bidang Musik
Amir Hamzah lahir di kalangan keluarga yang suka dengan musik. Sang ayah yang merupakan orang asli Tapanuli memiliki sebuah alat musik bernama Orgel Pompa Angin.
Sejak kecil, Amir sudah tak asing dengan Orgel Pompa Angin itu. Bahkan, ia sering bermain Orgel dan menunjukkan bakat di bidang musik.
Dari situlah, keahlian Amir di bidang musik mulai terasah dan mulai peka dengan alunan nada. Ia sempat belajar piano dari Willy van Swerss dan Joan Giessens.
Lalu, banyak orang Rusia yang datang ke Pulau Jawa, Amir memanfaatkan momen itu untuk belajar alat musik Cello pada seseorang bernama Nicolai Varvolomejeff.
Bekerja di RRI
Setelah kemerdekaan, Amir Hamzah bekerja di bagian musik Radio Republik Indonesia (RRI) bersama dengan Cornel Simanjuntak yang juga komponis muda yang juga sahabat dekatnya.
Tahun 1954-1957, Amir menjabat sebagai direktur di Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta yang menjadi cikal bakal Institut Seni Indonesia (ISI). Banyak tokoh musik Indonesia jebolan dari SMINDO.
Setelah menjadi direktur SMINDO, Amir diminta untuk pindah ke Jakarta untuk menjabat Kepala kursus jurusan Seni Suara Lembaga di IKIP UI (kini Universitas Neger Jakarta) dari tahun 1957-1968.
Tahun 1968, Amir memutuskan pensiun dan menjadi guru piano dan cello di Pusat Kebudayaan Suriname. Kemudian tahun 1980-1995 menjadi guru privat di Paramarimbo.
Tahun 1995, ia kembali ke Medan dan menghabiskan masa tuanya sebagai importir piano merk Petrof dari Ceko.
Karya Amir
Melansir dari repository UGM "Biografi Amir Pasaribu dan pemikiran-pemikirannya dalam bidang seni budaya" karya Eritha Rohana (2004), Amir Hamzah adalah sosok ahli musik dengan keahlian yang sangat lengkap.
Selain itu, ia juga melahirkan karya-karya musik yang jauh lebih inovatif dan modern, atau bisa dikatakan selangkah lebih maju pada saat itu. Bahkan, belum ada tokoh musik yang bisa menyamai dirinya.
Salah satu karya yang masih terus diputar sampai saat ini adalah Andika Bhayangkari.
Lagu ini tidak pernah absen dalam setiap acara Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan saat detik-detik proklamasi di Istana Negara.
Dicap Lekra
Pada zaman dahulu, Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat begitu identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Bahkan, idealisme Komunis sudah begitu berseberangan dengan Tentara.
Akan tetapi, Amir yang diduga bergabung dengan Lekra justru karyanya sering sekali dikumandangkan saat acara-acara Tentara.
Tidak diketahui pasti alasan dan kapan Amir memilih bergabung dengan Lekra. Beberapa karya Amir ini harus mendapat apresiasi yang setinggi-tingginya.