MUI Ingatkan Pentingnya Jaga Persatuan di Pemerintahan Prabowo, Rajut Lagi Persaudaraan
Mengingat adanya perbedaan pandangan politik selama proses Pemilu lalu berpotensi menimbulkan polarisasi
Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Almusawa, mengungkapkan pentingnya menjaga persatuan usai pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Ini menjadi momentum merajut kembali persaudaraan sesama anak bangsa.
Nabiel mengatakan hal tersebut sangat penting mengingat perbedaan pandangan politik selama proses pemilihan umum (pemilu) berpotensi menimbulkan polarisasi di kalangan masyarakat.
"Menjaga persatuan itu kewajiban bagi orang-orang yang beriman," ujar dalam keterangan di Jakarta, Kamis (24/10).
Ia berharap seluruh rencana dan program pemerintahan baru yang telah dicanangkan untuk kesejahteraan masyarakat dapat berjalan dengan baik. Dia juga mengimbau masyarakat agar bisa mengawal pemimpin bangsa daripada berprasangka buruk dapat memperkeruh suasana.
"Kalau pemimpinnya bagus, baik, jujur adil, pro rakyat, maka masyarakatnya, ulama, akademisi, bisnisnya semua bakal dapat baik," kata Habib Nabiel.
Sementara itu, Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2024 dengan tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan, kata dia, harus dimaknai dengan semangat persatuan membangun bangsa.
Nabiel menuturkan momentum itu dapat mendorong para santri untuk meneruskan perjuangan para pendahulu bangsa untuk membangun peradaban yang lebih maju. Menurutnya, santri harus mengambil peran dalam membumikan nilai-nilai yang mempererat persatuan bangsa untuk meredam agitasi, provokasi, dan hoaks.
"Para santri, ustaz, ulama, maupun dai harus paling depan untuk memberantas hoaks karena mereka memahami dalil," tuturnya.
Dia menyampaikan, para santri memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terjadi tanpa adanya perjuangan yang dimotori oleh para ulama dan para habib.
Dengan momentum ini, dia berharap para santri tidak hanya fokus terhadap persoalan agama, melainkan mampu membangun karakter bangsa yang memiliki keseimbangan antara intelektualitas dan religiositas sehingga mampu menjawab berbagai tantangan zaman.
"Jadi jangan sampai santri Indonesia itu kalah dengan para ilmuwan, akademisi, dan lain-lain karena antara santri dengan para ilmuwan itu sama. Jangan merasa minder, jadi santri harus terdepan," tandasnya.