Nelayan Dadap mengaku sulit dapat ikan setelah reklamasi
Mereka mengatakan ongkos buat membeli solar tidak sebanding dengan hasil tangkapan.
Sejumlah nelayan di wilayah pesisir utara Kabupaten Tangerang, tepatnya di daerah Dadap, mengaku dimulainya proyek reklamasi berdampak buruk terhadap penghasilan mereka. Penyebabnya, mereka menyatakan sulit mendapatkan ikan.
"Ya sebelumnya enggak begini banget. Sekarang semakin susah karena kita harus ke tengah untuk mencari ikan," kata seorang nelayan di Dadap, Udin Tukang, Jumat (22/4).
Dua dari rencana 17 pulau reklamasi di Pantai Utara (Pantura) Jakarta memang masuk ke wilayah Pemerintah Kabupaten Tangerang, yaitu Pulau A dan B. Menurut Udin yang sudah menetap di Dadap selama 20 tahun itu, para nelayan tidak perlu sampai ke tengah, cukup mencari di pinggiran pun sudah dapat ikan.
"Seliter aja nih dulu solar, saya sudah bisa bawa pulang ikan sampai sepuluh kilogram. Sekarang boros. Perlu lima liter solar untuk ke tengah, udah gitu paling dapat sekilo," tambah Udin.
Udin melanjutkan, saat ini bau air laut menjadi tidak sedap. Dia meyakini hal itu mempengaruhi habitat ikan di dalam air.
"Ujung-ujungnya ya kami sulit mendapatkan hasil," ucap Udin.
Hal senada juga diucapkan nelayan lain, Asep. "Coba lihat, airnya sudah tercemar begini, warnanya hitam. Kotor banget, ikan enggak bisa hidup di sini. Tapi, ya mau gimana lagi," kata Asep.
Menurut nelayan di sana, proyek reklamasi Pulau A dan B sudah berlangsung selama setahun lebih. Pengerjaan reklamasi terhitung cepat. Terlebih di sebagian Pulau B yang masuk di wilayah DKI Jakarta, terlihat deretan bangunan berdiri di sana.