Novel sebut kematian Johannes Marliem tak pengaruhi pengusutan e-KTP
Novel sebut kematian Johannes Marliem tak pengaruhi pengusutan e-KTP. Johannes Marliem sebelumnya diberitakan ditemukan tewas bunuh diri di kediamannya kawasan Los Angeles, Amerika Serikat.
Penyidik KPK Novel Baswedan menegaskan KPK memiliki banyak saksi kunci untuk mengungkap kasus dugaan tindak pidana korupsi elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) meski salah satu saksi yaitu Direktur Biomorf Lone LLC Johannes Marliem, tewas. Johannes Marliem sebelumnya ditemukan tewas bunuh diri di kediamannya kawasan Los Angeles, Amerika Serikat.
"Tentunya kalau saya mau bicara saksi kunci, saksi kuncinya juga banyak, tidak cuma satu. Ini yang harus jadi perhatian kita semua, dan kalau salah satu saksi e-KTP meninggal tentu tidak terlalu berpengaruh terhadap pembuktian perkara tersebut," kata Novel, seperti diberitakan Antara di Singapura, Selasa (15/8).
Novel tak mau berspekulasi mengenai kematian Johannes. Meski perusahaan Johannes dalam dakwaan kasus korupsi e-KTP adalah PT Biomorf Lone LLC selaku penyedia produk automated finger print identification system (AFIS) merk L-1 yang digunakan dalam e-KTP.
"Tentunya saya tidak bisa berspekulasi apakah kematian Johannes terkait kasus e-KTP atau tidak, tapi saya kaget di beberapa media saya baca ada beberapa yang senang dan kemudian meminta agar dengan meninggalnya saksi tersebut agar ditutup perkara e-KTP, ini lucu, kenapa? Karena e-KTP ini faktanya banyak sekali," kata Novel yang juga menjadi penyidik dalam kasus KTP-E tersebut.
Bahkan Novel meyakini tewasnya Johannes tak mempengaruhi pengungkapan kasus e-KTP. Termasuk meski tidak semua pertimbangan hukum KPK disetujui hakim dalam putusan pengadilan tingkat pertama untuk terdakwa mantan Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri Irman dan Sugiharto dan sejumlah hambatan lain, Novel masih optimistis KPK dapat mengungkapkan kasus tersebut.
"Saya sangat optimis mengenai hal itu kenapa? Coba lihat ketika salah satu anggota pansus hak angket berkata bahwa saya berbohong di pengadilan dan segala macam, sekarang bukti itu sudah keluar di pengadilan. Apakah orang ini bisa bertanggung jawab dengan kata-katanya sendiri? Orang ini apakah tidak malu dengan kata-katanya sendiri?" kata Novel.
Nama Johannes Marliem jadi pembicaraan setelah dikabarkan tewas di Amerika. Di tangannya ada sejumlah nama yang diduga terlibat kongkalikong proyek yang mengakibatkan kerugian negara hingga Rp 2,3 triliun.
Nama Johannes kembali muncul dalam dakwaan milik Andi Agustinus alias Andi Narogong. Dalam dakwaan itu dijelaskan, Johannes merupakan pihak swasta sebagai vendor penyedia automatic finger identification system (Afis) merek L-1. Dia dikenalkan oleh mantan sekretaris jenderal Kementerian Dalam Negeri, Diah Anggraini kepada Andi Narogong.
"Kemudian pada pertemuan di hotel Peacock yang dihadiri oleh Diah, Husni Fahmi, dan Johannes Marliem. Kemudian Diah memperkenalkan Andi ke Johannes Marliem, lalu memerintahkan Sugiharto agar mengarahkan Johannes Marliem ke Husni Fahmi (ketua tim teknis)," ucap jaksa KPK, Irene Putri saat membacakan surat dakwaan milik Andi di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Pusat, Senin (14/8).
Dalam rangkaian pembahasan proyek e-KTP, Johannes juga diketahui turut hadir pada beberapa pertemuan di ruko milik Andi Narogong di Fatmawati, Jakarta Selatan. Hanya saat proof of concept atau rangkaian uji coba alat sebelum digunakan pada proyek e-KTP yang dilakukan di Casablanca, Johannes tidak hadir.
Namun, dia turut memberikan sokongan dana terhadap proyek tersebut dengan menggelontorkan USD 20.000 untuk biaya akomodasi perjalanan staf pusat teknologi informasi dan komunikasi BPPT, Tri Sampurno ke Florida.
"Iya pernah diberitahu oleh Pak Husni Fahmi ada undangan ke Florida untuk menghadiri undangan biometric conference," ujar Tri memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis (13/4).
"Johannes Marliem, saya kenalnya Pak Johannes Tan," jawab dia.
Tidak tanggung tanggung, selama tujuh hari ikut serta dalam seminar di Florida, Tri dan Husni, salah satu staf BPPT lainnya, mendapat uang saku USD 20.000. Uang tersebut diberikan Johannes melalui perantara sesaat sebelum keduanya melakukan check in.
Johannes juga pernah memberikan USD 200.000 kepada Sugiharto melalui Yosef Sumartono, atas perintah Andi Narogong.
Baca juga:
Serangan anyar Fahri ke KPK, dari soal Novel sampai Johannes
Cari data Johannes Marliem, Menlu telepon dubes tiga kali sehari
Alasan KPK tak ajukan perlindungan terhadap Johannes Marliem
KPK tak tahu barang bukti kasus e-KTP yang dipegang Johannes Marliem
KPK bantah Johannes Marliem saksi kunci korupsi e-KTP
Awal mula Johannes Marliem terlibat proyek e-KTP
TKP di AS, Polri ogah ikut campur kasus kematian Johannes Marliem
-
Kapan Air Terjun Nyarai terbentuk? Di sini, kamu bisa menikmati gemuruh air dan kolamnya yang terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
-
Kapan air liur anjing dianggap najis? Air liur anjing tergolong sebagai najis berat atau mughaladhah, yang artinya harus dibersihkan dengan cara yang khusus agar suci kembali.
-
Kenapa Kurniawan Dwi Yulianto dipanggil "Kurus"? Pemain yang akrab dipanggil "Ade" dan juga sering dijuluki "Kurus" karena posturnya yang kecil ini lalu kembali ke Indonesia dan bermain di Liga Indonesia dan bermain dengan beberapa tim: PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, PS Pelita Bakrie, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta , Persitara Jakarta Utara, Persela Lamongan,hingga PSMS Medan.
-
Kapan Marietje meninggal? Marietje van Oordt alias Ellen Simpson meninggal pada 13 Maret 1974 pada usia 77 tahun.
-
Kapan Djohan Sjahroezah ditangkap dan dipenjara karena tulisannya? Kemudian ia juga pernah menulis sebuah artikel berisi kecaman keras terkait kerja sama dengan pihak Kolonial Belanda. Alhasil, ia ditangkap lalu dipenjara selama 1,5 tahun di Bandung.
-
Kapan Johan Berenschot meninggal? Nahas, pesawat tersebut kemudian menghantam permukiman dan seluruh penumpang dan awak kabin tewas di tempat, termasuk Gerardus Johannes Berenschot.