Orangutan Riana di Bontang akhirnya dibawa ke rehabilitasi BOS
Riana, diambil tim yayasan BOS Samboja Lestari dari BKSDA Kalimantan Timur, setelah sebelumnya berada dalam penanganan BKSDA.
Riana, satwa Orangutan betina berusia sekitar 5 tahun yang dipelihara selama 4 tahun terakhir oleh warga kota Bontang, Kalimantan Timur, berhasil diselamatkan dan masuk pusat rehabilitasi yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Samboja Lestari, di Kutai Kartanegara.
Riana, diambil tim yayasan BOS Samboja Lestari dari BKSDA Kalimantan Timur, setelah sebelumnya berada dalam penanganan BKSDA.
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Kapan video orangutan kurus itu viral? Viral video 28 detik memperlihatkan dua Orangutan induk dan anaknya dalam keadaan kurus beredar sejak Rabu 20 September 2023 di grup WhatsApp maupun media sosial.
-
Siapa yang mengancam kelangsungan hidup orang utan? Orang utan sering menjadi sasaran perburuan untuk diperdagangkan secara ilegal, baik sebagai hewan peliharaan maupun untuk bagian tubuh mereka yang dianggap memiliki nilai ekonomi atau medis.
"Kami ambil hari ini (dari BKSDA Kalimantan Timur). Waktu diobservasi, menunjukkan sikap jinak," kata CEO Yayasan BOS Jamartin Sihite, dalam keterangan dia, Kamis (15/2) malam.
Jamartin menerangkan, melihat rentetan beberapa kasus pembunuhan Orangutan di sepanjang bulan Januari 2018 lalu, baik itu di Barito Selatan di Kalimantan Tengah, dan Kutai Timur di Kalimantan Timur, ditambah lagi penyelamatan hari ini, menunjukkan kenyataan bahwa habitat Orangutan sudah berada di titik kritis.
"Kondisi habitat yang kritis ini menyebabkan mereka harus, berada di wilayah yang sama dengan manusia, mereka lah selalu menjadi korban," ujar Jamartin.
Dijelaskan Jamartin, sebagaimana disadari bersama, hutan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. "Tapi, manfaat hutan akan habis, kalau pohon-pohonnya kita tebangi," tambahnya.
Menurut Jamartin, keberadaan Orangutan sendiri, cukup krusial bagi kelangsungan dan kelestarian hutan. "Orangutan sebagai penyebar biji yang efektif, dan keberadaannya dilindungi Undang-undang, membantu kita melestarikan hutan, sekaligus menjaga kekayaan keanekaragaman hayati," ungkap Jamartin.
Masih dijelaskan Jamartin, dengan membabat habis hutan, dan membunuh isi yang ada di dalamnya, berisiko fatal bagi kelangsungan manusia. "Sebenarnya, kita perlahan membunuh diri sendiri," ujar Jamartin.
(mdk/rzk)