Pameran hasil tani & budaya, stand Papua ramai diserbu pengunjung
Pameran hasil tani & budaya, stand Papua ramai diserbu pengunjung. Ada banyak daya tarik yang bisa dipelajari di stand Papua. Seperti pakaian adat mereka yang unik, termasuk hasil pertanian dan sejumlah buah-buahan yang tak dimiliki di Aceh.
Sejak hari pertama Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) XV yang berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh. Stand Provinsi Papua menjadi favorit dan memiliki daya tarik sendiri.
Stand provinsi paling timur Indonesia ini yang terletak di Hall B1 diserbu pengunjung sejak pagi hingga malam hari. Tak hanya pamerkan hasil pertanian, mereka juga memamerkan sejumlah budaya yang ada di Papua.
Seperti koteka, pakaian adat, tas khas Papua yang terbuat dari kulit kayu dan sejumlah barang yang berasal dari Papu. Sehingga warga yang berkunjung pun tak lupa mengabadikan momen tersebut. Akibatnya, stand Papua dari Kabupaten Pegunungan Bintar tak pernah sepi, bahkan selalu padat.
Seorang pengunjung, Nurmala (24) mengaku sengaja datang ke Penas untuk melihat stand Papua. Karena banyak terdapat benda-benda unik yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Banyak yang unik, seperti koteka," sebut Nurmala sambil malu-malu, Selasa (9/5) di arena Penas KTNA XV di Banda Aceh.
Katanya, ada banyak daya tarik yang bisa dipelajari di stand Papua. Seperti pakaian adat mereka yang unik, termasuk hasil pertanian dan sejumlah buah-buahan yang tak dimiliki di Aceh.
Sementara itu seorang petugas stand dari Kabupaten Pegunungan Bintar, Provinsi Papua, Tina Wabdaron (35) mengaku, senang banyak warga Aceh yang berkunjung ke stand daerahnya.
Pantauan merdeka.com, meskipun banyak pengunjung yang meminta berfoto bersama. Tina dan rekan-rekannya sedang setia mau melayani pengujung dengan ramah. Bahkan mereka juga bersedia menjelaskan setiap sejarah dan fungsi barang yang dipamerkan di stand miliki mereka.
"Senang, iya, banyak yang minta foto sama kami," kata Tina Wabdaron dengan gaya logat Papua.
Tina juga mengaku baru pertama kalinya datang ke Aceh. Selama ini dia hanya melihat melalui telivisi, seperti kondisi Aceh sewaktu tsunami. Akan tetapi, ia sekarang sudah bisa melihat langsung dan perkembangannya jauh berbeda seperti pernah dilihat di telivisi paska tsunami.
"Dulu saya hanya lihat di TV, luar biasa, gak kelihatan lagi seperti pernah terjadi tsunami," imbuhnya.