Pancasila Harga Mati, NasDem Tegaskan Khilafah Khianati Ulama
Pancasila Harga Mati, NasDem Tegaskan Khilafah Khianati Ulama. Anggota Dewan Pakar Partai NasDem Teuku Taufiqulhadi menegaskan khilafah sudah tidak relevan lagi dibahas di Indonesia. Alasannya negara-negara jasirah Arab saja sudah tidak menerima sistem khilafah.
Pancasila sudah menjadi harga mati bagi Indonesia. Tidak boleh ada satu pihak pun berani mengubah ideologi bangsa. Apalagi jika khilafah ingin diterapkan. Partai NasDem secara tegas menolak karena mengkhianati para pendiri bangsa.
Anggota Dewan Pakar Partai NasDem Teuku Taufiqulhadi menegaskan khilafah sudah tidak relevan lagi dibahas di Indonesia. Alasannya negara-negara jasirah Arab saja sudah tidak menerima sistem khilafah.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Partai apa yang menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
"Di Arab saja sudah tidak laku sistem khilafah, apalagi di Indonesia. Kita menilai kalau masih ada yang mau menerapkan khilafah di Indonesia, itu sama saja mengkhianati para pendiri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya para ulama besar, KH Agus Salim, KH Wahid Hasyim, dan ulama-ulama lain yang juga pahlawan nasional," ujar Taufiqulhadi kepada wartawan, Selasa (2/4) malam.
Menurut Anggota DPR RI Komisi III ini, konsep khilafah tidak perlu diberi ruang di Indonesia. Bahkan, kata dia, tidak ada sistem yang perlu dicari-cari lagi karena NKRI dan Pancasila sudah tidak bisa ditawar.
"Kalau kita sejajarkan di peta, ujung Aceh sampai ujung Papua itu sama dengan dari Yerusalem sampai ke London, mana ada kekhalifahan yang sebesar itu? Ini Indonesia sudah merupakan rahmat dari Allah SWT, kita dulu ada kerajaan-kerajaan di Indonesia, sudah dipersatukan, jadi satu negara yang besar kok malah ada yang mau khilafah, sangat tidak relevan," tegasnya.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di kesempatan berbeda mengingatkan kepada kader dan simpatisan NasDem untuk terus menjaga nilai-nilai Pancasila ciri khas bangsa Indonesia. Menurut Paloh, hanya Pancasila yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan.
"Selamatlah bangsa kita kalau rakyat masih punya kemampuan dan keinginan tetap mempertahankan prinsip dasar bangsa dan negara pada ideologi Pancasila. Sudah menjadi kewajiban bagi kader NasDem untuk memulai itu dari diri sendiri," tegasnya.
Paloh juga meminta kader NasDem harus mampu memulai dan menjadi panutan dalam hal menjaga toleransi dan kerukunan. Selain itu, dengan konsistensi kader yang tetap menjaga ucapan dengan perbuatan, Paloh meyakini dalam Pemilu Serentak 17 April 2019 mendatang, NasDem mampu masuk dalam posisi partai tiga besar.
Dihubungi terpisah, anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny mengatakan Pancasila mulai diaplikasikan lewat generasi milenial yang mudah terserang paham radikalisme. Langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sudah tepat karena menyasar generasi kekinian.
"Ideologi itu harus dilawan dengan idelogi," tuturnya.
Selain itu yang penting, lanjut dia, bagaimana mengakses Pancasila yang juga harus aplikatif. Contoh yang penting Pemerintahan Jokowi itu mengaktualisasikan sila ketiga dan sila kelima.
"Pembangunan infrastruktur Sumatera, Sulawesi itu kan mempersatukan Indonesia. Harga-harga kan jadi murah, nah itu kan keadilan sosial," tuturnya.
Jadi, lanjutnya, Pancasila itu bukan diomongkan dan slogan tetapi dilakukan. Menurutnya, ada orang yang melakukan Pancasila Sila kesatu, kedua, ketiga, keempat dan kelima.
"Namun, tidak berurutan. Orang itu menjiwai Pancasila dalam berperilaku jujur, integritas, disiplin, kerja keras dan hidup saling menghargai perbedaan," tuturnya.
Mengenai kemunculan intoleransi, kata dia, itu karena Pancasila dilupakan orang. Padahal, harusnya rakyat Indonesia bersyukur karena memiliki Pancasila yang mampu mempererat. Kemudian, mengenai isu khilafah, Romo Benny melihat tak perlu menjadi polemik lagi.
"Yang penting kita sudah komitmen, semua pasangan komitmen baik pasangan Capres 01 atau 02 mengatakan final Pancasila," ucapnya.
Yang penting, lanjutnya, Pancasila antara kata dan perbuatan itu satu, bukan menjadi slogan. Tetapi, Pancasila harus menjadi cara berpikir, bertindak, bernalar yaitu anak-anak bangsa.
"Maka anak-anak bangsa harus disatukan bahwa Pancasila merupakan ideologi bangsa yang final dan tidak perlu lagi dipersoalkan," tegasnya.
Baca juga:
Prabowo Nilai Pancasila Diedukasi Sejak SD, Jokowi Mulai dari PAUD
PKS Tegaskan Prabowo-Sandi Tak Akan Ubah Ideologi Pancasila Jadi Khilafah
AHY: Jangan Benturkan Pancasila dengan Islam
Soal Pancasila Versus Khilafah di Pilpres, BPN Sebut Kubu Jokowi Panik dan Stres
Surya Paloh Tegaskan Hanya Pancasila Selamatkan Indonesia dari Perpecahan
Hashim: Prabowo-Sandi Siap Bela Pancasila Sampai Kiamat