Para pemuda bawakan lagu kritik sosial buat peringati peristiwa 65
Fajar Merah, anak Widji Tukul juga bakal membawakan musikalisasi karya-karya puisi ayahnya.
Anak Widji Tukul, Fajar Merah dan Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) menggelar acara musikal bertajuk 'Pagelaran Nyanyian Penyintas' untuk merefleksikan kembali 50 tahun peristiwa pembunuhan dan pembantaian jutawan jiwa rakyat Indonesia yang dituduh sebagai anggota PKI pada tahun 1965 di era Orde Baru. Mereka bakal membawakan lagu dari album 'Prison Songs: Nyanyian yang dibungkam'.
"Malam ini KKPK akan menyuguhkan nyanyian-nyanyian yang menyuarakan spirit kemanusiaan universal dari bangsa Indonesia. Dalam semangat 70 tahun kemerdekaan RI, KKPK juga bermaksud menegaskan kembali keyakinan bahwa kemanusiaan yang menghargai perbedaan dan menghormati martabat manusia adalah sumber kekuatan yang mampu mengalahkan politik kebencian," kata anggota panitia KKPK, Lilik di Goethe House, Jl. Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/8).
Lanjut dia, untuk kegiatan ini, telah berkumpul 100 orang dari 17 kota atau kabupaten dari Aceh hingga Papua. Tujuannya untuk menyegarkan kembali ingatan perjalanan sebuah gerakan nasional untuk menghentikan impunitas atas pelanggaran HAM di masa lalu.
"Acara ini merupakan sebuah persembahan dari anak-anak muda yang telah berani mengembalikan suara-suara hilang yang telah dibungkam selama 50 tahun," papar dia.
Dia mengungkapkan, Fajar Merah akan membawakan musikalisasi karya-karya puisi ayahnya. Sedangkan para musisi yang bergabung dalam Taman 65 Bali adalah drumer Superman Is Death (SID) JRX, Kupit dan Man Angga (Mosstress), Danang Pranoto (Manicula/Dialog Dini Hari).
"Melalui acara ini kami ingin menegaskan bahwa kebenaran masa lalu tidak cukup diungkapkan melalui buku-buku dan laporan tapi juga melalui nyanyian yang bisa menyentuh hati dan tergelitik akan sejarah masa lalu," pungkas dia.