Pasien Positif Covid-19 di Kabupaten Bogor Berjuang Sendiri
Pasca-swab PCR dari perempuan yang enggan disebutkan namanya itu, Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor langsung melakukan tracing terhadap keluarga, dengan menyediakan fasilitas swab PCR untuk menantu, anak, hingga cucu.
Hampir satu tahun Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Kabupaten Bogor, sebagai daerah dengan wilayah terluas dan penduduk terbanyak di Jawa Barat pun tidak juga menemukan formulasi yang tepat untuk menghadapinya.
Penelusuran Merdeka.com, seorang perempuan 60 tahun asal Desa Bantarjaya, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor sama sekali tidak merasakan adanya sentuhan Satgas Covid-19 di tingkat kecamatan hingga desa.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Pasca-swab PCR dari perempuan yang enggan disebutkan namanya itu, Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor langsung melakukan tracing terhadap keluarga, dengan menyediakan fasilitas swab PCR untuk menantu, anak, hingga cucu.
Namun, setelah itu dia harus berjuang sendirian. Alih-alih ditangani dengan serius, petugas kesehatan pun tidak pernah terlihat datang untuk memeriksa kondisi kesehatan perempuan yang sudah sepuh itu.
"Sudah satu minggu lebih nggak ada penanganan sama sekali. Nggak ada petugas yang datang. Dari awal (positif) nyari dokter sendiri buat cek kondisi kesehatan. Nyari obat, vitamin juga sendiri," kata anak menantu perempuan tersebut, Nur Arifin, Selasa (19/1).
Mudah dan murah jika bagi orang berada untuk berobat. Namun, kata Arifin, keluarga mereka tidaknya kaya-kaya amat. Arifin juga mengaku kaget, dia pernah menebus harga obat yang mencapai Rp1 juta lebih.
Karena tidak ada penanganan dari petugas medis, Arifin bersama istrinya pun mau tidak mau merawat sang ibu, meskipun mereka sebelumnya dinyatakan negatif dari hasil tes swab PCR yang disediakan Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor.
"Saya sudah sampaikan ke satgas kalau kondisi ibu saya sempat drop. Tapi karena katanya rumah sakit penuh, jadi disarankan untuk isolasi mandiri di rumah. Kami juga disarankan menunggu satgas tingkat desa melakukan penangan. Tapi sampai hari ini tidak pernah ada," kata Arifin.
Arifin berasumsi, dengan telah masuknya data-data keluarga mereka ke Satgas Covid-19, maka bisa diteruskan ke tingkat kecamatan dan tingkat desa untuk ditindaklanjuti. "Namun, kami tetap harus mengabari satu per satu aparatur wilayah yang beberapa di antaranya mempersoalkan kemana kami harus melapor terlebih dulu dan kenapa baru melapor. Pertanyaannya sama, data pasien positif dan keluarga serumah yang kontak erat," ujarnya.
"Saya pikir, ketika sudah melapor di tingkat atas sampai tingkat paling bawah sejak awal, semua akan selesai dengan koordinasi antar satuan. Ternyata tidak, semua harus dikabari satu per satu, sambil kami juga menyiapkan isolasi mandiri dan merawat ibu yang kondisinya menurun. Ini bisa jadi gambaran jika suatu waktu nanti ada keluarga yang positif. Lapor ke semuanya agar tak jadi masalah. Kami akhirnya tetap melapor satu per satu lewat aplikasi pesan karena tak mungkin mendatangi mereka langsung di tengah status ODP. Mungkin dengan laporan itu petugas akan bisa turun menindaklanjuti," lanjutnya.
Bupati Bogor, Ade Yasin pun menggelar rapat evaluasi penanganan Covid-19 sekaligus sosialisasi pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Senin (5/10/2020). Ada sejumlah masalah yang menjadi sorotan dalam rapat yang digelar di Gedung Serbaguna 1, Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor tersebut.
Salah satu masalah yang disampaikan Bupati adalah soal masih lemahnya kinerja Gugus Tugas di wilayah. Ia menilai kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 di wilayah masih belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permasalahan Covid-19 yang tak selesai di tataran wilayah.
“Kinerja GTPP Covid-19 tingkat desa dan kecamatan belum maksimal dalam menangani masalah Covid-19. Karena banyaknya masalah di wilayah yang langsung naik ke GTPP Covid-19 Kabupaten Bogor. Tentu ini perlu dimaksimalkan lagi,” ujar Ade Yasin.
Masalah ini kemudian dipertegas lewat 13 instruksi yang dikeluarkan Bupati. Salah satu instruksinya meminta gugus tugas tingkat desa dan kecamatan agar lebih maksimal dalam menangani Covid-19.
Baca juga:
Disentil Ridwan Kamil soal Paling Rendah Jaga Jarak, Wali Kota Depok Pertanyakan Data
Positif Covid-19, Tahanan di Denpasar Kabur dari Tempat Karantina ke Sleman
Plasma Darah Konvalesen Minim, Emil Minta Pejabat Penyintas Covid-19 Jadi Pendonor
40 Anggota KPU Terpapar Covid-19 selama Penyelenggaraan Pilkada 2020
Sentil Dana Pemda Rp94 T Mengendap di Bank, Menkeu Minta Alokasikan untuk Vaksinasi
Kemenkum HAM Bali Bakal Deportasi WNA Bandel Tak Menerapkan Protokol Kesehatan