Pelukis poster sinema terakhir di Banyumas
"Beberapa minggu lalu, garap Deadpool 2. Belum sempat nonton filmnya, baru promonya saja. Kalau film-film gini saya kok lebih suka gambar musuh utamanya," ujarnya sambil tertawa.
Pada umur 21, Parsan mulai melukis poster sinema. Saat itu tahun 1987, teknik cetak digital belum populer. Pembuatan poster film masih manual bergantung pada imajinasi dan keterampilan lukisan tangan artisan.
Kini di usia 52, tiga puluh satu tahun sudah Parsan menggeluti poster sinema. Bioskop tempat ia bekerja, Rajawali Cinema 21 di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, masih mempertahankan poster konvensional berbahan papan (220 cm x 110 cm) bergambar. Saban satu minggu, Parsan akan melukis wajah aktor dilengkapi teks judul film yang masuk jadwal tayang.
-
Bagaimana bioskop di Medan berlomba untuk menayangkan film bicara? Dengan berakhirnya era film bisu, bioskop-bioskop yang ada di Medan pun berlomba untuk menayangkan film bicara.
-
Kapan film Budi Pekerti tayang di bioskop? Film Budi Pekerti memasuki layar bioskop pada Kamis, 2 November.
-
Di mana Museum Bioskop Jambi berada? Museum yang berada di dalam kawasan Pasar Hongkong Jambi ini bisa dikunjungi siapapun.
-
Kapan film "Senyum Manies Love Story" akan tayang di bioskop? Film ini akan diputar di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia pada tanggal 1 Februari 2024.
-
Kapan Dune 2 resmi tayang di bioskop Indonesia? Film "Dune 2" atau "Dune: Part Two" tengah tayang di bioskop Indonesia.
-
Dimana lokasi bioskop Archipelago Cinema? Bioskop ini terletak di Kudu Island, dekat dengan Pulau Yao Noi di Thailand.
Ironinya dari ribuan lukisan poster cinema kreasinya, tak ada satupun yang tersimpan atau terabadikan. Pasalnya, setiap kali poster sinema diturunkan dari tembok depan bioskop, saat itu pula lukisannya mesti ditimpa oleh cat hitam. Di atas papan yang makin tebal oleh timpaan cat itu, poster sinema terbaru dibuat.
"Kurang dari setengah hari waktu pengerjaannya. Memang harus cepat ngelukisnya karena kejar waktu", kata Parsan pada Merdeka.com di halaman parkir Bioskop Rajawali, Sabtu (2/6).
Ia mengenang, ketertarikannya melukis poster sinema di awali dari memperhatikan beberapa artisan bekerja menyelesaikan pesanan di halaman belakang bioskop Rajawali. Saat itu, Parsan masih bekerja sebagai pelayan kebersihan bioskop. Kadang-kadang saat waktu luang, ia masuk ke studio ikut menonton film secara gratis. Pulang ke kediamannya di Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, diam-diam ia membuat sketsa di atas kertas tentang adegan film atau wajah aktor film yang baru ia tonton.
"Dari kecil saya memang suka menggambar," kata Parsan.
Dahulu, poster cinema berbahan papan dibuat untuk digantungkan di sisi-sisi mobil keliling milik bioskop. Poster itu lantas dibawa mengitari jalanan utama sampai kampung-kampung di Purwokerto. Sedang poster yang dipasang di depan bioskop menggunakan kain belacu berukuran 2 x 4 m. Poster tersebut dibuat di Semarang, satu paket dengan kiriman film yang akan tayang.
Pelukis Poster Sinema Terakhir di Banyumas ©2018 Merdeka.com/Abdul Aziz"Pembuat poster yang lama, seingat saya, tiba-tiba mengundurkan diri. Saya nekat saja, minta menggantikan buat lukis poster. Majikan saya kasih kepercayaan ternyata, awalnya coba-coba ternyata jadi pendapatan utama sampai sekarang", katanya.
Melukis sampai mati
Dari sekian poster sinema yang Parsan buat, ada beberapa kreasi yang punya kesan mendalam. Di antaranya, lukisan aktor Roger Moore berbusana jas, menggenggam pistol untuk poster film James Bond. Selain itu, ada pula aktor Sylvester Stallone di film Cobra (1986) berkacamata hitam berbusana hitam. Pengakuan Parsan, ia memang paling menggemari film action yang mengisahkan seorang detektif.
"Seingat saya saat itu, baru ada 1 studio dengan 1000 kursi di bioskop ini. Jadi ada waktu agak panjang ngelukis posternya, soalnya seminggu sebelumnya sudah dikasih tahu film yang bakal tayang", kata Parsan.
Parsan paling tertantang saat menerima permintaan membuat poster sinema kisah silat klasik Cina semisal King of Beggars (1992) atau Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000). Sedang, penggarapan poster paling mudah, ia anggap film-film bergenre horror. Untuk film bergenre drama, kadang ia hanya membuat teks judul film, sebab tak pernah betah duduk di studio menonton filmnya.
"Beberapa minggu lalu, garap Deadpool 2. Belum sempat nonton filmnya, baru promonya saja. Kalau film-film gini saya kok lebih suka gambar musuh utamanya", ujarnya sambil tertawa.
Meski saat ini, dunia digital semakin canggih, Parsan merasa perkembangan teknologi tak menghalangi keterampilannya. Menurutnya, penggarapan manual yang butuh waktu lebih lama untuk menduplikasi secara presisi poster promo film buatan rumah produksi, justru memantik improvisasi yang hasilnya unik. Warna cat tembok yang lebih pekat, background gambar hitam, garis-garis kasar, ia anggap lebih mudah ditangkap mata dari kejauhan. Selain itu juga meredam cahaya matahari sehingga tak silau saat ditatap.
"Saya bersyukur saja tetap masih dipakai. Memang teknologi makin canggih. Contohnya untuk informasi film ke warga dulu pakai mobil keliling. Sekarang mobil sudah dipensiunkan diganti oleh media sosial tinggal pencet-pencet handphone", kata Parsan.
Parsan adalah jenis seniman langka. Boleh dibilang, dia satu-satunya pelukis poster sinema yang masih tersisa di Kabupaten Banyumas. Parsan pun menegaskan ia akan terus melukis poster sinema sampai akhir hidupnya.
(mdk/ded)