Pemimpin Ponpes di Semarang Diduga Lecehkan Santriwati, Kemenag Temukan Fakta Ini
Sekurangnya terdapat enam santriwati yang mengaku dilecehkan pemimpin pondok pesantren ini.
Polisi menangkap BAA (46), pemimpin pondok pesantren (ponpes) di Kelurahan Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang, karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah santriwati.
Pemimpin Ponpes di Semarang Diduga Lecehkan Santriwati, Kemenag Temukan Fakta Ini
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Donny Lumbangtoruan membenarkan mereka mengamankan pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Hikmah Al-Kahfi. Namun, dia belum bisa membeberkan hasil pemeriksaan.
"Benar sudah kami tangkap. Nanti ini masih kami kembangkan, nanti ada rilis resmi," kata Donny saat dikonfirmasi.
- Dapat Dukungan Kiai dan Santri di Wilayah Mataraman, Ini Pesan Mahfud MD
- Kunjungi Ponpes di Banyuwangi, Anies-Cak Imin Disambut Santri hingga Emak-Emak Manis
- Mahfud MD ke Santri Ponpes Al-Falah Jember: Siapkan Dirimu jadi Pemimpin yang Merah Putih
- Sowan ke Ponpes KH Ustman Surabaya, Ganjar Dititipkan Pesan Bawa Indonesia Maju & Perhatikan Pesantren
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Ahmad Mustain mengaku telah menerjunkan tim untuk mengecek kebenaran terkait kasus dugaan kasus kekerasan dan pelecehan seksual di lingkungan agama tersebut. Hasil dari pemeriksaan di lapangan, diketahui bila Pesantren Hidayatul Hikmah Al-Kahfi tidak memiliki izin.
"Kemenag sudah ngecek di lokasi, lembaga ini Hidayatul Hikmah Al-Kahfi bukan pondok pesantren," ungkapnya.
Kasus kekerasan dan pelecehan seksual di lingkungan ponpes yang terletak di Kelurahan Lempongsari itu sebenarnya telah terjadi sejak lama. Namun, kasus baru terungkap saat salah satu korban mengadukan perbuatan tersangka ke polisi pada 8 Agustus 2022 lalu.
Psikolog pada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Semarang, Iis Amalia, mengatakan kasus kekerasan seksual yang dilakukan BAA ini menimpa enam santriwati, di mana dua di antara masih berada di bawah umur. Modus tersangka, yakni dengan memanfaatkan kepercayaan orang tua korban.
"Kemungkinan korbannya ada banyak. Tapi, hingga saat ini yang berani melapor baru enam orang,” ujar Iis.
This is source