Pemukiman makin padat ancam keberadaan Situs Singhasari
Para arkeolog memperkirakan pada radius 1 kilometer dari Candi Singhasari banyak benda-benda pusaka masih tertanam.
Peneliti Pusat Arkeologi Nasional Amelia Driwantoro mengkhawatirkan pesatnya pembangunan permukiman di Kawasan Singhasari dan sekitarnya. Bangunan-bangunan tersebut mengancam keberadaan benda-benda purbakala yang menjadi peninggalan sejarah.
Tidak hanya benda purbakala yang sudah ditemukan dan digali yang terancam, keberadaan daerah yang diduga menyimpan benda-benda cagar budaya di bawahnya pun terancam. Para arkeolog memperkirakan pada radius 1 kilometer dari Candi Singhasari masih banyak benda-benda pusaka yang masih tertanam.
"Sepanjang Jalan Pagentan dari rumah nomor 16 sampai 30 itu padat sekali. Pembangunan permukiman semakin pesat dan mengkhawatirkan terutama ke arah Pangentan dan Candirejo," kata Amelia di Malang, Jumat (15/5).
Jika sudah menjadi bangunan, pemerintah akan semakin kesulitan untuk melakukan penggalian, sehingga makin kecil kesempatan mengungkap sejarah.
Selama puluhan tahun Amelia melakukan penelitian sejarah Singhasari dan sekitarnya. Banyak titik-titik yang hingga kini belum bisa dilakukan penggalian, tetapi justru kalah cepat dengan banyaknya hunian masyarakat.
Pihaknya juga tidak tahu apakah bangunan-bangunan tersebut sudah memiliki studi kelayakan untuk didirikan atau belum. "Saya sendiri mempertanyakan, apa ada studi kelayakan atau tidak," katanya.
Amelia sendiri pernah melakukan penggalian dalam sistem pengairan zaman Singhasari di bawah pasar Dinoyo, yang kini sudah tidak mungkin dilakukan karena menjadi bangunan. Kawasan Tembalangan juga semakin padat, dan kemudian perumahan mewah Riverside juga bernasib sama.
"Kuto Bedah dipastikan kaya benda arkeologi tapi tidak bisa kita apa-apakan lagi. Tlogo Mas dan Mendit, semakin terdesak oleh pesatnya pembangunan pemukiman," ungkapnya.
Dalam lingkar 1 kilometer persegi itu, Amelia mengidentifikasi berbagai benda cagar budaya. Seperti kawasan Pesantren Bungkuk, Singhasari ditemukan adanya hunian bersejarah diduga tempat tinggal kaum elit kerajaan. Di tempat tersebut pernah ditemukan genting berukel serta keramik mahal asal China.
Sementara di sisi utara ada situs Candi Sumberawan, kemudian Petirtan (Kedungbiru), Gorong-Gorong, Kepala Kala (Ngujung), selain itu juga ada arca raksasa Dwarapala, candi, profan dan pemandian.
"Ada situs juga yang pindah posisi dari letak semula. Mungkin sebagaian orang menganggap untuk melindungi, tetapi dengan mengeser atau memindahkan mempunyai arti lain bagi seorang arkeolog," katanya.