Penderita gangguan jiwa sering diabaikan hingga sulit disembuhkan
Penderita gangguan jiwa sering diabaikan hingga sulit disembuhkan. Masih banyak penderita gangguan kesehatan jiwa dan psikologis yang hingga saat ini sering kambuh dan sulit disembuhkan. Pertolongan pertama yang sebenarnya bisa dilakukan oleh keluarga atau lingkungan sekitar, namun sering diabaikan.
Masih banyak penderita gangguan kesehatan jiwa dan psikologis yang hingga saat ini sering kambuh dan sulit disembuhkan. Pertolongan pertama yang sebenarnya bisa dilakukan oleh keluarga atau lingkungan sekitar, namun sering diabaikan.
Bahkan mereka sering memandang sebelah mata kepada para penderita gangguan jiwa. Akibatnya banyak pasien yang kembali lagi dirawat di rumah sakit.
"Lingkungan terdekat seperti keluarga dan masyarakat sekitar sebenarnya bisa mendeteksi awal adanya gangguan kesehatan jiwa dan bisa memberikan pertolongan pertama. Tapi sering kali mereka dipandang sebelah mata dan diabaikan dan tidak tertangani dengan baik," ujar Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat, Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo, dr Arif Zainudin disela acara Pentas Ekspresi dan Kreasi Rehabilitan, Selasa (18/10).
Arif menjelaskan, selain penanganan pertama pada penderita gangguan kesehatan jiwa, lingkungan terdekat juga belum banyak yang mengetahui penanganan penderita seusai mendapatkan rehabilitasi di RSJ.
Dia menjelaskan, rehabilitasi terhadap penderita gangguan kesehatan jiwa membutuhkan kerjasama dari semua pihak.
"Pasien yang direhabilitasi sudah dalam kondisi baik dan bisa dipulangkan, tapi di rumah kurang pengawasan. Seringkali keluarga tidak peduli, dan mengabaikan, akibatnya pasien harus dirawat lagi," jelasnya.
Lebih lanjut, Arif mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan RSJD untuk penanganan pasien yang siap dikembalikan ke keluarga adalah melalui rehabilitasi. Di antaranya melalui kegiatan menari, menyanyi, melukis, olahraga, serta vokasional membuat sapu atau telur asin.
Agustin Christiawati, Wakil Direktur Pelayanan Medis RSJD Solo, menambahkan rehabilitasi pasien gangguan kesehatan jiwa tersebut juga untuk mendukung Kota Solo sebagai pelopor kota sehat jiwa yang telah dicanangkan pekan lalu.
"Rehabilitasi ini untuk melihat potensi rehabilitan atau pasien gangguan kesehatan jiwa yang sudah siap dikembalikan ke keluarga. Butuh kerjasama banyak pihak untuk menghilangkan stigma negatif," katanya.
Dia menambahkan, proses rehabilitasi tersebut diberikan satu minggu menjelang pasien dipulangkan. Di RSJD Kota Solo, saat ini tercatat 310 pasien gangguan kesehatan jiwa yang dirawat. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, terdapat sebanyak 2.095 orang penderita hingga Agustus 2016. Dari jumlah tersebut, sebanyak 760 di antaranya mengalami gangguan jiwa berat dan sisanya gangguan jiwa ringan.