Penerbang Super Tucano Alami 'Blind' karena Awan Tiba-Tiba Menebal & Pekat Sebelum Pesawat Jatuh
Saking tebal dan pekatnya awan jarak antar pesawat juga tak terlihat.
Tebal dan pekatnya awan membuat jarak antar pesawat saja tidak terlihat.
Penerbang Super Tucano Alami 'Blind' karena Awan Tiba-Tiba Menebal & Pekat Sebelum Pesawat Jatuh
Dua pesawat latih milik TNI AU berjenis Super Tucano jatuh di sebuah lahan perkebunan di Pasuruan, Jawa Timur. Empat orang penerbang meninggal dalam sesi latihan tersebut.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati, mengungkap penerbang TNI AU yang terlibat latihan formasi sempat mengalami situasi 'blind' sebelum dua pesawat hilang kontak dan ditemukan jatuh. Kondisi itu membuat penerbang tidak dapat melihat situasi di sekitarnya.
- Evakuasi Bangkai Pesawat TNI Super Tucano Terkendala Cuaca dan Medan yang Ekstrem
- Tiga Perwira TNI AU Korban Super Tucano Jatuh Dimakamkan di TMP Kota Malang
- Dua Pesawat Super Tucano Kecelakaan Diduga Akibat Cuaca Buruk
- TNI AU: Dua Pesawat Super Tucano yang Jatuh di Pasuruan dalam Kondisi Baik saat Terbang
"Saya bisa jelaskan bahwa mereka terbang formasi, take off satu per satu, setelah naik ke atas, mereka bergabung menjadi satu kesatuan formasi. Formasi itu dekat sekali, pada saat mereka climbing (terbang ke atas, red.) mereka masuk ke awan, in-out, in-out, artinya awan itu tipis-tipis saja."
Kata Kadispenau saat jumpa pers di Base Ops Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (17/11).
@merdeka.com
Tetapi, seketika situasi berubah. Awan tiba-tiba menebal dan sangat pekan. Bahkan antar pesawat yang jaraknya sangat dekat pun tak terlihat.
"Namun awan tiba-tiba menebal dengan pekat bahkan pesawat yang dekat saja, yang jaraknya mungkin sekitar 30 meter itu tidak kelihatan, karena sangat tebal. Para penerbang mengatakan blind, blind, atau kalau bahasa Indonesia-nya buta, tidak melihat," ujar Kadispenau.
Saat kondisi blind seperti itu, prosedur standar yang harus dilakukan penerbang adalah menjauhkan pesawatnya dari pesawat lain. Saat itu, dua pesawat lain mengikuti prosedur tersebut, yaitu terbang menjauh dengan pesawat-pesawat lainnya.
"Dua pesawat selamat karena melaksanakan prosedur melepaskan diri dari formasi setelah memasuki awan yang tebal itu. Dan ini terekam semua di dalam FDR (flight data recorder)."
Kata Kadispenau. Demikian dikutip dari Antara.
@merdeka.com
Dalam situasi 'blind' sebelum hilang kontak, juga sempat terdengar bunyi ELT (emergency locator transmitter) dari satu pesawat. Bunyi yang sama terdengar dari pesawat yang lain.
Informasi mengenai detik-detik sebelum pesawat hilang kontak ini, sambung Kadispenau, juga dia dapatkan dari dua penerbang lain yang selamat.
Dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano TNI AU jatuh di lereng Gunung Bromo, kawasan Taman Nasional Gunung Bromo, Tengger, Semeru, di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis, saat mereka menjalani sesi profisiensi latihan formasi bersama dua pesawat tempur Super Tucano lainnya.
Empat pesawat itu lepas landas dari Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh pada pukul 10.51 WIB dalam keadaan baik.
“Pesawat ini dalam kondisi baik, penerbangnya baik, flight (penerbangan) dari empat pesawat dengan delapan kru di dalamnya. Mereka semua menjalankan prosedur dengan baik, pre take off, pre start engine baik."
Kata Kadispenau.
Namun pada 11.18 WIB dua pesawat yang nomor registrasi masing-masing TT-3111 dan TT-3103 hilang kontak.
Walaupun demikian, TNI AU saat ini masih menunggu penyelidikan dari Pusat Kelaikan dan Keselamatan Terbang Kerja TNI AU (Puslaiklambangjaau).
Dua pesawat yang jatuh itu mengangkut empat kru, yang seluruhnya gugur dalam tugas.
Setelah itu, pesawat dengan nomor registrasi TT-3103 diterbangkan oleh Mayor Pnb Yuda A. Seta (Kepala Ruang Operasi Lanud Abdulrachman Saleh) dan di kursi penumpang ada Kolonel Pnb Subhan (Danwing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh).
Seluruh awak penumpang gugur dalam tugas, dan jasad mereka berhasil ditemukan.
Prosesi pemakaman terhadap para prajurit AU itu berlangsung pada hari Jumat (17/11). Para prajurit itu, yang menerima kenaikan pangkat satu tingkat (anumerta), dimakamkan di Malang dan Madiun.
Tiga prajurit yang dimakamkan di TMP Suropati, Malang, Jawa Timur, Jumat, ialah Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Subhan, Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Widiono Hadiwijaya dan Kolonel Penerbang (Anumerta) Sandhra Gunawan.
Sementara Letkol Pnb (Anumerta) Yuda A. Seta dimakamkan di TMP Madiun, Jawa Timur, Jumat.