'Penyelidikan kematian orangutan yang ditembus 130 peluru pertaruhkan nama negara'
Tim gabungan terus menyelidiki kematian orangutan jantan usia 5-7 tahun di Kalimantan Timur, yang mati mengenaskan dengan 130 peluru dan 19 luka menganga. Kesimpulan sementara, orangutan itu ditembak dari jarak dekat.
Tim gabungan terus menyelidiki kematian orangutan jantan usia 5-7 tahun di Kalimantan Timur, yang mati mengenaskan dengan 130 peluru dan 19 luka menganga. Kesimpulan sementara, orangutan itu ditembak dari jarak dekat.
Tim gabungan BKSDA Kalimantan Timur, Balai Gakkum LHK Kalimantan, Balai Taman Nasional Kutai (TNK), Polda Kaltim, Polres Kutai Timur, hingga pegiat Centre of Orangutan Protection (COP) juga terus bekerja di lapangan, memburu pelaku penembakan sadis.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Kapan video orangutan kurus itu viral? Viral video 28 detik memperlihatkan dua Orangutan induk dan anaknya dalam keadaan kurus beredar sejak Rabu 20 September 2023 di grup WhatsApp maupun media sosial.
-
Siapa yang mengancam kelangsungan hidup orang utan? Orang utan sering menjadi sasaran perburuan untuk diperdagangkan secara ilegal, baik sebagai hewan peliharaan maupun untuk bagian tubuh mereka yang dianggap memiliki nilai ekonomi atau medis.
"Tim autopsi mengeluarkan 48 butir peluru senapan angin, dari sekitar 130 butir peluru, di antaranya, 74 peluru bersarang di kepala. Penembakan itu dilakukan dalam jarak dekat," kata Kasi Gakkum Wilayah II Kaltim-Kaltara Annur Rahim, dalam keterangan pers, di kantor BKSDA Kaltim Jalan Teuku Umar, Kamis (8/2) siang.
Pembunuhan satwa langka itu tergolong pelanggaran berat, sebagaimana diatur pasal 21 ayat 1 Undang-undang No 05/1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Bagi kepolisian, tidak berani menarget tuntas penyelidikan hingga menangkap pelaku penembakan dan penganiayaan sadis orangutan. Hanya saja, Polri menjamin, kasus diusut tuntas.
"Tim masih di lapangan. Kapolres (Kapolres Kutai Timur AKBP Teddy Ristiawan) turun langsung melakukan penyelidikan, dari Rabu (6/2) kemarin," kata Kabag Operasional Polres Kutai Timur Kompol Budi Heriawan, dalam kesempatan yang sama, saat menjawab pertanyaan merdeka.com.
Pertanyaan yang dilontarkan merdeka.com, mengacu pada kasus serupa di Kalahien, Kalimantan Tengah. Pada 15 Januari 2018, ditemukan bangkai orangutan tanpa kepala dan ada 17 peluru senapan angin di kepalanya. Kurang dua pekan, pelaku penembak dan penebas kepala, ditangkap 28 Januari 2018 lalu, oleh tim gabungan, termasuk Bareskrim Mabes Polri.
Budi menerangkan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan komitmen kepolisian. "Ini jadi perhatian internasional. Kami tidak berani menarget, karena ini nama baik negara. Jangan sampai dikira kita tidak mampu (mengusut)," ujar Budi.
Sementara, dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) sampai Rabu (7/2) kemarin, 8 orang saksi telah dimintai keterangan.
"Sementara, para saksi ini adalah saksi setelah kejadian. Terus, kepolisian bergerak menyelidiki," demikian Budi.
Diketahui, orangutan usia remaja, ditemukan warga terdesak dan terlihat merintih kesakitan di areal Taman Nasional Kutai (TNK) kawasan Desa Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Sabtu (3/2). Kondisinya melemah, hingga akhirnya Selasa (6/2) dini hari sekira pukul 01.55 Wita, orangutan itu mati.
Hasil autopsi, ditemukan 130 peluru senapan angin, 19 luka menganga, 2 mata buta karena peluru yang bersarang serta telapak kaki kiri hilang diduga akibat sabetan senjata tajam.
Baca juga:
Kematian Orangutan Kaltim curi perhatian media asing, rekor peluru terbanyak
Kematian orangutan dan kondisi hutan Kalimantan yang makin memprihatinkan
Tim gabungan selidiki kasus orangutan yang mati dengan 74 peluru di kepala
74 Dari 130 peluru bersarang di kepala orangutan yang mati di Kaltim
Orangutan Kalimantan mati ditembus 100 peluru, telapak kaki kiri hilang