Perjuangan Polwan-Polwan cantik ini sangat inspiratif
sal punya kemauan kuat, semua pasti ada hasil akhir yang memuaskan dicapai.
Di hari HUT Bhayangkara ke-69, masih banyak pekerjaan rumah yang dilakukan oleh Polri. Hal itu karena masyarakat masih menilai kinerja Polri belum maksimal.
Lepas dari kondisi tersebut, banyak cerita Polwan yang patut jadi contoh. Polwan-Polwan cantik ini tak sedikit mengundang decak kagum.
Kemampuan dan keahlian mereka patut diacungi jempol. Bahkan, kisah mereka membuat inspiratif bagi orang-orang. Asal punya kemauan kuat, semua pasti ada hasil akhir yang memuaskan dicapai.
Berikut aksi Polwan yang patut diacungi jempol dan membuat inspiratif:
-
Kapan pantun lucu banget mulai populer? Meskipun telah berusia ratusan tahun, kepopulerannya tidak pudar, terutama di kalangan masyarakat Melayu dan Indonesia.
-
Kapan gambar toong populer? Gambar toong diketahui popular di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan sekitarnya pada akhir 1970-an sampai awal 1980.
-
Kapan suntik putih mulai populer? Suntik putih, atau yang sering disebut suntik whitening, telah menjadi salah satu pilihan populer di dunia kecantikan untuk mendapatkan kulit putih dan halus dengan cepat.
-
Kapan pantun 2 bait lucu mulai populer? Dilansir dari berbagai sumber, berikut kumpulan pantun 2 bait lucu yang bikin ketawa.
-
Kapan pantun lucu menjadi populer di Indonesia? Pantun lucu adalah pantun yang dibuat untuk tujuan hiburan.
-
Kapan Topeng Jantuk mulai populer? Di masanya, sekitar tahun 80-an, Jantuk memakai konsep demikian, dengan menyampaikan lawakan khas Betawi kepada penonton.Yang menarik, bahasa yang digunakan menggunakan khas Betawi asli dan para penonton akan mempelajarinya. Pantikan lawakan akan dimulai melalui pantun.
Kombes polwan ini jadi lulusan doktor terbaik Unair
Kesibukan sebagai anggota Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur bukanlah halangan bagi Kombes Pol Dr Dra Juansih SH MHum untuk menyelesaikan studi doktoral.
Bahkan, dia terpilih menjadi doktor terbaik di antara 280 wisudawan Pascasarjana Unair dengan disertasi berjudul "Pengaruh Optimalisasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Petugas Polmas dalam Bentuk Diklat, Transfer of Knowledge, dan Capacity Building".
"Saya sangat bersyukur bisa menyelesaikan kuliah dengan prestasi akademik ini," ucap mantan Kapolres Surabaya Timur yang meraih IPK hampir sempurna yaitu 3,94.
Mantan Karo Logistik Polda Jatim (2010) dan Karo Sarpras Polda Jatim (2011) itu menjadi Doktor Bidang Ilmu Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Sekolah Pascasarjana Unair.
"Semoga apa yang saya lakukan akan mampu menginspirasi teman-teman di kepolisian, terutama Polwan, untuk meningkatkan pengetahuan demi kemajuan kepolisian," tuturnya.
Polwan yang kini menjabat sebagai Kabag Renmin Sarpras Mabes Polri di Jakarta itu mengaku sangat terharu dengan prosesi wisuda yang sedemikian berkesan itu.
Kisah AKP Eny, tukang sayur kini jadi Kanit Binmas
Berbekal kedisiplinan dan tekad, Eny Suprapti meniti karier sebagai polisi wanita. Siapa sangka masa remajanya dilalui dengan perjuangan yang berat akibat keterbatasan ekonomi berbuah manis. Wanita yang telah berusia 38 tahun itu kini menempati posisi penting di Polsek Genuk, yakni sebagai Kanit Bimmas dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP).
Ibu dua anak ini menuturkan bagaimana awalnya menempuh studi di Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN) hingga akhirnya bisa menjadi perwira berpangkat balok dua ini. Cita-citanya ternyata dimulai sejak kelas 2 SD.
"Waktu itu saat melintas di jalan bersama ayah, ayah saya putar balik motor karena melihat polwan di jalan. Saya ditunjukkan itu loh polwan. Sejak itu saya mulai tertarik jadi polwan," tuturnya, Jumat (8/5).
Eny pun sadar cita-citanya itu tidak mudah untuk diraih. Sedari SMP, Eny telah ikut bekerja keras membantu perekonomian orangtuanya. Tujuannya agar beban keluarga berkurang dan berharap cita-citanya didukung oleh kedua orangtua.
"Waktu SMP, saya itu jualan jagung rebus keliling di Perumahan Plamongan Indah," ujarnya seperti dilansir dari facebook Humas Mabes Polri.
Bahkan pernah Eny terjebak hingga malam hari di kompleks perumahan itu lantaran hujan deras. Dia hanya berteduh di emperan rumah orang tanpa berani meminta berteduh ke dalam.
Eny menggeluti usaha berjualan jagung rebus hingga tamat SMP. Beranjak SMA, dia menggeluti pekerjaan baru. "Saya jualan sayur di Pasar Peterongan," katanya.
Setelah tamat SMA, Eny mulai menuturkan niatannya untuk mendaftar menjadi anggota polwan kepada orangtuanya. Lantaran kondisi keluarga yang terbilang kurang mampu, terang saja ayah dan ibunya hanya bisa mendukung dan mendoakan.
Berbekal niat kuat, Eny pun kemudian mendaftar menjadi anggota polwan pada 1996-1997. Namun, ketika seleksi akhir di Jakarta, Eny dinyatakan tidak lolos. Itu tidak membuatnya kecewa. Entah kebetulan atau tidak, Eny seolah mendapat wangsit di malam sebelum pengumuman kelulusan.
"Jadi saya mimpi ada perwira polwan mengajak saya jalan-jalan di SPN. Lalu dia bilang kalau saya tahun ini tidak lolos, namun tahun depan insya Allah saya lolos," kata wanita yang tinggal di Tlogomulyo, Pedurungan, ini.
Di seleksi polwan tahun 1997-1998, benar saja Eny dinyatakan lolos menjadi anggota polwan berpangkat Bripda. Berselang beberapa tahun kemudian, Eny pun melanjutkan jenjang pendidikannya ke strata satu. Tahun 2008 Eny dinyatakan lulus seleksi Sekolah Calon Perwira (Secapa).
Aksi 3 Polwan Magelang dorong mobil berbuah pujian
Di tengah kesibukannya mengatur arus lalu lintas, ketiga polisi wanita (polwan) ini tetap menjalani tugasnya sebagai pengayom masyarakat. Mereka tak segan mendorong mobil warga yang sedang mogok agar tidak menimbulkan kemacetan.
Aksi mereka ini terekam dalam foto yang disebarluaskan akun Facebook Divisi Humas Mabes Polri, Selasa (21/4). Kendaraan tersebut akhirnya berhasil dibawa ke pinggir jalanan, pengendara pun bisa memperbaiki mobilnya sebelum melanjutkan perjalanan.
"Selamat hari Kartini bu Polwan, tetep semangat melayani masyarakat sepenuh hati," tulis akun Divisi Humas Mabes Polri.
Tindakan ketiga polwan ini mendapat pujian dari para pengguna Facebook.
"Kartini Indonesia Anda Semua Hebat," tulis Chokye Junior Sagala.
Kisah Bripda Nina, Brimob berjilbab anti teror yang gemar mengaji
Bripda Nina selalu tampak gagah sebagai pasukan anti teror Gegana Brimob Polda Aceh. Menggunakan baju serba hitam, topi baja di kepala, menenteng senapan mesin jenis Steyr AUG dengan stelan kaca mata hitam, dia siap menumpas musuh yang menghadang.
Tapi Malam itu, Selasa (3/2), Bripda Nina Octoviana (22) terlihat anggun menggunakan mukena putih, bermotif ukiran warna pink. Pesonanya menguat, berbasuh air wudhu, dia melangkahkan kakinya ke dalam Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Bripda Nina mengaku dirinya akan menunaikan salat Isya di Masjid Raya. Itu biasa dilakukannya empat kali dalam seminggu saat lepas piket. Di masjid tersebut dia bersimpuh di hadapan sang Khalik untuk berucap syukur atas yang telah ia peroleh.
Saya mengaji di sini empat kali dalam seminggu, biasanya saya mengaji sepuluh menit setelah salat magrib, kata Bripda Nina Octoviana usai mengaji di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Mengaji baginya memang sudah menjadi rutinitas sejak masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Biasanya Biasanya dilakukan setelah salat magrib di dalam kamar rumahnya. Mengaji memang sudah menjadi kewajiban dan dan kebiasaan sejak SD, imbuhnya.
Bripda Eka, polwan yang nyambi jadi tukang tambal ban
Kondisi ekonomi orang tua yang pas-pasan ternyata tidak membuat sosok gadis berparas manis ini putus asa. Meski ayahnya hanya seorang buruh tukang tambal ban, malah membuat Bripda Eka Yuli Andini (19) bersemangat dalam menempuh masa depan sebagai polwan.
Gadis lulusan SMK Negeri 2 Salatiga jurusan Teknik Komputer dan Jaringan ini, dengan mulus lolos tanpa uang sogokan menempuh pendidikan kepolisian Pusdik Binmas, Banyu Biru, Ambarawa, Jawa Tengah. Selain itu, selama menempuh masa pendidikan sebagai Sekolah Calon Bintara (Secaba), berhasil mengukir prestasi rangking tujuh dari 7.000 peserta lainnya saat pendidikan kepolisian se-Indonesia.
Meski, sudah dua bulan menjadi polwan, Bripda Eka, panggilan sehari-harinya tidak pernah lupa disela-sela kesibukannya sebagai abdi negara tetap membantu profesi ayahnya sebagai buruh tukang tambal ban di Jalan Veteran, Pasar Sapi RT 2 RW 6, Kota Salatiga, Jawa Tengah dan bengkel.
Di rumah kontrakan sekaligus bengkel yang hanya berukuran 6 X 6 meter ini Bripda Eka jika lepas piket di Mapolresta Salatiga, Bripda Eka membantu kesibukan orang tuanya melayani langganan tambal ban ayahnya. Kesibukannya ini dilakukannya sejak duduk di bangku sekolah mulai SMP hingga SMK.