Perlambatan Produksi Jadi Kendala Distribusi Obat Terapi Covid-19
Berdasarkan pemetaan kebutuhan obat yang dilakukan Kemenkes, katanya, jumlah obat terapi Covid-19 yang terbatas berada di zona merah sehingga perlu mendorong produsen serta pedagang besar farmasi untuk memprioritaskan distribusinya ke lokasi tersebut.
Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Arianti Anaya mengungkapkan, sejumlah kendala distribusi obat terapi Covid-19 ke berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat.
"Memang ini kan lonjakan kasus yang dua pekan terakhir itu di luar dari prediksi kita, yang awalnya sebelum Idulfitri 2021 itu kelihatan stabil, dan sekarang lonjakan kasus bahkan lebih besar daripada pada tahun lalu atau pada bulan Februari 2021," katanya dalam konferensi pers secara virtual yang dipantau dari Jakarta, Sabtu (10/7).
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
Hal lain yang juga mempengaruhi pasokan obat terapi Covid-19 adalah ketersediaan bahan baku di dalam negeri yang terbatas jumlahnya. Sehingga produsen masih mengandalkan produk jadi secara impor.
"Ada beberapa produk seperti Remdesivir, Tocilizumab, ini masih impor dari berbagai negara seperti India, Bangladesh, China dan Jerman. Sebenarnya kalau obat-obatan yang seperti Oseltamivir, Azythromycin, vitamin kita sudah diproduksi di dalam negeri," jelasnya.
Hambatan distribusi obat yang juga tidak kalah penting dan ditanyakan adalah pengaruh mafia obat-obatan terhadap kelangkaan serta harga yang mahal di pasaran.
"Kami tidak bisa bilang bahwa itu (mafia obat) ada atau tidak ada, tapi kalau kita lihat stok obat ini cukup banyak, tentunya kita akan terus melakukan pemantauan kepada industri atau pedagang besar besar farmasi (PBF) untuk tidak melakukan penimbunan dari obat-obatan tersebut karena kalau kita menghitung dari kebutuhan dibandingkan dengan stok maka harusnya masih cukup," ungkapnya seperti dilansir dari Antara.
Hambatan lain, menurut Arianti, adalah perlambatan produksi yang dipengaruhi oleh sejumlah pegawai industri farmasi yang terkonfirmasi Covid-19.
"Kita juga tahu kondisi sekarang keterbatasan industri juga ada yang sebagian stafnya terkonfirmasi positif Covid-19. Itu juga menjadi kendala. Tetapi kami terus mengupayakan agar pendistribusian bisa sesegera mungkin," terangnya.
Arianti memastikan, pemerintah sedang berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan produksi dan distribusi dari ketersediaan obat-obatan di tengah lonjakan kasus yang sangat tinggi.
Berdasarkan pemetaan kebutuhan obat yang dilakukan Kemenkes, katanya, jumlah obat terapi Covid-19 yang terbatas berada di zona merah sehingga perlu mendorong produsen serta pedagang besar farmasi untuk memprioritaskan distribusinya ke lokasi tersebut.
"Dalam hal ketidakpatuhan apotek atau adanya penjualan obat Covid-19 yang melebihi dari harga pemerintah, maka Kementerian Kesehatan sudah bekerja sama dengan aparat penegak hukum yang akan menindaklanjuti terhadap ketidakpatuhan terhadap peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah," katanya.
Arianti menambahkan peningkatan kebutuhan obat terapi bagi pasien Covid-19 juga mendorong permintaan penambahan anggaran dari pemerintah.
"Dengan adanya lonjakan kasus yang sekarang, bukan tidak mungkin akan ada penambahan anggaran lagi untuk pembelian obat-obatan yang harus disediakan oleh Kementerian Kesehatan untuk 'buffer stock' maupun untuk melayani pasien yang isoman," tutupnya.
Baca juga:
Kemenkes Luncurkan Aplikasi Pemantau Ketersediaan Obat Terapi Covid-19
BPKN Kecam Oknum yang Naikkan Harga Oksigen, Obat dan Vitamin
Cek Pabrik di Cianjur, Kabareskrim Minta Obat Covid-19 Segera Didistribusikan
Puan Maharani Dukung Ivermectin: Kita Butuh Terapi Covid-19 yang Murah
Pemerintah Genjot Produksi Oksigen Medis dan Pastikan Ketersediaan Obat
Penjelasan Menkes soal Obat Azitromisin dan Favipiravir Mahal dan Langka di Pasaran