Perlu Kerja Keras Cegah Masyarakat Tak Tertarik Ideologi Radikal Mengarah Terorisme
Untuk itu diperlukan deteksi dini untuk mencegahnya.
Merehabilitasi orang sudah menjadi teroris bukanlah pekerjaan mudah. Banyak dampak ditimbulkan dari aksi-aksi kekerasan dilakukan kelompok teroris. Untuk itu diperlukan deteksi dini untuk mencegahnya.
"Maka kita mencegah supaya orang jangan sampai tertarik dengan ideologi radikal yang mengarah pada terorisme itu. Karena ideologi radikal tentu tidak datang begitu saja, ideologi radikal itu hasil dari proses yang namanya indoktrinasi," ujar Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, Kamis (28/1)).
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang menjadi masalah utama yang dihadapi warga Jakarta saat ini? Belakangan ini, kualitas udara Jakarta jadi sorotan masyarakat.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menyerahkan kekuasaan atas wilayah Jakarta Raya kepada Pemerintah Republik Indonesia? Hal tersebut diawali dengan penandatanganan dokumen-dokumen peralihan kekuasaan atas wilayah Jakarta Raya dari tangan Co Batavia en Ommenlenden kepada Basis Co Jakarta Raya.
Lebih lanjut, Hamdi menyebut bahwa indoktrinasi itu masuk dengan cara diajarkan, diceramahi dan kegiatan lainnya. Ia menyebut bahwa biasanya pengajian radikal itu memang tidak mau terang-terangan karena aktivitasnya cenderung eksklusif, karena materi-materi disampaikan untuk ideologi radikal.
"Dan memang ideologi yang keras radikal itu tidak diterima oleh masyarakat. Karena kebanyakan mayoritas secara umum itu moderat sebenarnya. Makanya kelompok radikal itu biasanya bikin forum-forum yang eksklusif itu," tutur Hamdi.
Oleh karena itu, Hamdi menyarankan mulai mengembangkan deteksi siaga dini di lingkungan sekitar. Menurutnya, hal ini bisa dimulai dari lingkungan terkecil seperti Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW). Karena kelompok masyarakat di kampung-kampung itu masih sangat guyub dan ada Sistem Keamanan Keliling (Siskamling).
"Dengan Siskamling itu kan masyarakat keliling di kampung wilayahnya. Lalu misalnya warga melihat ada rumah yang terlihat tertutup, tetapi malam-malam datang 10-20 orang, lalu diam di dalam. Nah dengan adanya Siskamling maka itu bisa melapor ke RT dan RW-nya kalau ada yang mencurigakan seperti itu," ucapnya.
Selanjutnya, menurut mantan anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel Capim KPK) periode 2019-2023 itu, RT/RW setempat bisa melapor ke Lurah, lalu Lurah melapor ke Polsek terdekat atau hotline nomor telepon tertentu yang mudah diingat seperti layanan darurat 112 atau 119.
Terlebih ia menyebut bahwa saat ini ada program dari Kapolri yang baru bahwa Polsek sekarang harus banyak memantau di tingkat masyarakat dan menjalin kerjasama. Menurutnya, hal itu juga termasuk dalam rangka menangkal radikalisme dengan melapor dan sebagainya.
"Nah selain pengajian kumpul-kumpul di rumah, sekarang ini mereka kumpulnya secara online. Sistem radikalisasinya melalui online. Nah RAN PE ini sebenarnya membuka peluang kerjasama untuk menangkal itu. Maka selain BNPT juga harus melibatkan kominfo juga," terangnya.
Menurutnya, BNPT bersama para stakeholder dapat melakukan pemantauan konten-konten radikal di kanal-kanal sosial media dan internet. Ia menambahkan, perlu membanjiri Medsos dengan konten-konten antiradikal berisi tentang toleransi, harmoni kebangsaan, lalu mengajak dengan pelajaran-pelajaran Islam moderat.
"Bisa melibatkan ormas-ormas keagamaan, harus dilibatkan semua pihak dari semua lini di masyarakat," tandasnya.
Baca juga:
Pimpinan Tegaskan Tak Ada Radikal dan Taliban di KPK
Bertemu Wapres, Menag Minta Dilibatkan Susun Materi Seleksi CPNS Cegah Radikalisme
BNPT Ingatkan Waspada Konten Propaganda Paham Radikalisme di Media Sosial
Tangkal Paham Radikal, Pimpinan Ponpes Bogor Gelar Istigasah
Survei BNPT Milenial Rentan Terpapar Radikal, Negara Harus Hadir
'Ulama Panutan Umat, Harus Jaga Sikap dan Tutur Kata'