Perompak Selat Malaka kuras 2.900 ton minyak dari kapal Singapura
Para perompak kemudian menelantarkan kapal itu di perairan sebelah utara Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Kawanan perompak Selat Malaka menyandera kapal pengangkut minyak berbendera Singapura dan menguras habis muatan 2.900 ton minyak mentah. Para perompak kemudian menelantarkan kapal itu di perairan sebelah utara Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
"Perompakan terjadi terhadap Kapal MT Joaquim yang berlayar dari OPL Timur Sabah, Malaysia, menuju Pulau Langkawi," kata Komandan Pangkalan TNI AL Dumai, Kolonel Laut (P) Avianto Roswirawan seperti dikutip dari Antara, Senin (10/8).
Dia menjelaskan kronologis perompakan MT Joaquim terjadi pada hari Sabtu (8/8) sekira pukul 20.00 WIB oleh orang yang tidak dikenal pada posisi 02'34.00 LU 101'26.20 BT. Kapal tersebut mengangkut 2.900 ton minyak mentah jenis light crude oil (LCO) dengan awak delapan anak buah kapal (ABK).
Kejadian perompakan baru diketahui oleh pihak agen kapal berbendera Singapura itu setelah kapal tersebut telah kehilangan kontak dengan perusahaan sekitar pukul 21.30 WIB, kemudian melaporkan kejadian itu ke otoritas Malaysia.
Lanal Dumai mengetahui informasi perompakan itu pada Minggu (9/8) sekitar pukul 08.00 WIB, dan langsung melakukan pengejaran.
"Saya memerintahkan Pasintel Lanal Dumai menggunakan Patkamla Combat guna mencari dan menyisir indikasi dan dugaan larinya kapal perompak ke wilayah perairan Lanal Dumai," katanya.
Sementara itu, pihak Malaysia baru menerima laporan tersebut pada pukul 08.40 WIB dan langsung melaksanakan pencarian menggunakan pesawat udara maritim Bombardier CL 415 milik Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM).
"Dalam pencarian tersebut kira-kira pada posisi 02 03 00 LU 101 59 39 BT ditemukan kapal MT Joaquim dalam keadaan lego jangkar dan mesin mati tepatnya di perairan sebelah Utara Pulau Rupat Indonesia sekitar pukul 15.45 WIB," katanya.
Hasil dari keterangan ABK menyatakan ada sekitar 19 perompak yang mendatangi kapal tersebut dengan menggunakan kapal pancung dan langsung naik ke anjungan.
"Perompak terdiri dari lima orang tak dikenal naik ke anjungan, tiga di antaranya membawa pistol, satu orang membawa kampak, dan yang lainnya menggunakan parang. Sebagian dari mereka bertutup kepala, dan ada juga yang tidak pake tutup kepala," kata Danlanal Dumai.
Sementara itu, di ruang lain ada sembilan orang lainnya yang berada di ruangan ABK, ruang mesin dan gudang dan sekitar lima orang berada di dek. Diperkirakan semua berjumlah 19 orang, dan melumpuhkan semua ABK dan mengikatnya di anjungan.
Motif perompakan adalah untuk menguras habis muatan minyak LCO. Menurut dia, salah satu perompak memerintahkan kapten kapal untuk menggerakkan kapal ke posisi yang sudah ditentukan sambil berbicara menggunakan radio memanggil kapal lain. Sampai di tempat yang dituju, sudah menunggu satu kapal tanker lain dan langsung merapat di lambung kiri MT Joaquim.
"Kapal lain merapat dan sambil tetap jalan dengan kecepatan sekitar lima knot, langsung menguras isi muatan kapal MT Joaquim. Isi muatan kapal tersebut dikuras sekitar 2.900 ton LCO," ujar Kolonel Laut Avianto.
Pemindahan isi muatan minyak berlangsung cukup lama hingga sekitar pukul 06.30 WIB pada Minggu (9/8) pagi. Setelah pemindahan selesai, seluruh ABK diikat dan dimasukkan ke dalam satu ruangan kontrol. Para ABK tidak mengetahui keberadaan mereka karena para perompak mengecat kaca jendela ruangan itu dengan warna hitam.
"Pada jam 07.15 WIB kapal perompak melepaskan diri dengan cara memutus tali-tali dan meninggalkan MT Joaquim dalam posisi lego jangkar. Sebelum meninggalkan kapal, para perompak sempat merusak mesin dan perlengkapan sehingga kapal tidak berfungsi," katanya.
Ia menambahkan, kapal MT Joaquim kini masih dalam proses pengawalan menuju pelabuhan Kota Dumai.