PERSI Ungkap Penyebab Pasien Covid-19 Gejala Ringan Minta Dirawat di RS
Koesmedi tidak menampik, kematian ribuan orang dalam kurun satu hari membuat masyarakat meningkatkan kewaspadaan mereka saat merasa tidak enak badan, dan memutuskan mendapatkan perawatan di rumah sakit dibandingkan isolasi di rumah.
Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Koesmedi Priharto mengakui banyak pasien bergejala ringan melakukan rawat inap di rumah sakit. Sikap tersebut dipicu atas trauma terhadap ledakan Covid-19 varian Delta yang terjadi di Juni-Agustus 2021.
"Kemarin pada bulan Juni dan Juli itu merupakan trauma yang berat buat masyarakat kita. Banyak orang yang akhirnya melakukan isolasi mandiri di rumah gagal melakukan itu, banyak faktor yang menyebabkan itu," kata Koesmedi dalam diskusi pagi dengan tema Menahan Gelombang Omicron, Sabtu (29/1).
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
Koesmedi tidak menampik, kematian ribuan orang dalam kurun satu hari membuat masyarakat meningkatkan kewaspadaan mereka saat merasa tidak enak badan, dan memutuskan mendapatkan perawatan di rumah sakit dibandingkan isolasi di rumah.
Dia menduga, faktor masyarakat enggan isolasi mandiri di rumah lantaran kediaman tidak memadai untuk isolasi mandiri, terdapat keluarga dengan riwayat komorbid, dan faktor lainnya.
"Sehingga sekarang ketika ada orang sakit, walaupun dia sakitnya ringan sebenarnya mereka memilih untuk maunya tinggal di rumah sakit, karena mereka tahu bahwa kondisi di rumahnya tidak memungkinkan untuk hal itu," jelasnya.
Koesmedi menegaskan, seluruh rumah sakit tidak sembarang menerima rawat inap pasien Covid-19 bergejala ringan. Manajemen rumah sakit mengajukan surat pernyataan kepada pasien yang mendapatkan perawatan, bahwa biaya perawatan tidak ditanggung oleh pemerintah.
Dalam surat pernyataan itu diterangkan juga bahwa pasien Covid-19 bergejala ringan sebaiknya tidak dirawat di rumah sakit, jika tetap memaksa, segala biaya ditanggung secara mandiri. Keputusan ini sesuai anjuran pemerintah untuk menjaga ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.
"Kalau mereka tetap mau masuk silakan tapi memberikan informed consent, membuat persetujuan yang jelas dan biaya ditanggung oleh mereka masing-masing," tegasnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta merilis data 45 persen tempat tidur telah terpakai oleh pasien di rumah sakit rujukan Covid. Dari persentase tersebut, Kepala Dinas Kesehatan DKI, Widyastuti mengatakan bahwa keterpakaian tempat tidur didominasi oleh pasien tanpa gejala (asimtomatik) ataupun gejala ringan.
"Dari 45 persen yang dirawat di rumah sakit sebenarnya masih ada bocor, yang ringan dan asymptomatic sekitar 48 persen dari 45 persen, jadi hampir separuhnya (tempat tidur terpakai oleh pasien) asymptomatic dan ringan," kata Widya di Balai Kota Jakarta, Kamis (27/1).
Dia menyebutkan, saat ini data ketersediaan tempat tidur di ruang isolasi ada 3.900 unit, dan telah terpakai sekitar 1.755 unit atau 45 persen. Melihat porsi keterpakaian tempat tidur ini, Widya mengatakan masih cukup luas ketersediaan tempat tidur.
Sedangkan untuk ruang ICU, Dinkes DKI menyediakan 611 unit tempat tidur dan sudah terpakai 15 persen.
"Spare masih banyak, dan itu belum kapasitas maksimal, karena kapasitas maksimal itu bisa sampai 11 ribu lebih seperti yang tahun lalu," ungkapnya.
Dari kondisi tersebut, dia mengimbau kepada masyarakat agar sebaiknya melakukan isolasi mandiri jika terkonfirmasi positif Covid-19 dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala.
Memang, Widya menuturkan bahwa sebelumnya Kementerian Kesehatan pernah mengeluarkan regulasi tentang pasien probable dan positif Covid-19 dilakukan perawatan atau isolasi di rumah sakit.
Namun, regulasi tersebut dianulir setelah adanya surat edaran baru dari Kementerian Kesehatan bahwa yang dirawat di rumah sakit adalah pasien Covid dengan gejala sedang hingga kritis.
Sebagai media konsultasi bagi pasien gejala ringan dan tanpa gejala, Widya menyarankan agar masyarakat dapat memanfaatkan layanan telemedicine.
"Jangan panik, sedang disediakan platform telemedicine untuk yang tidak bergejala atau bergejala ringan, bisa isolasi mandiri atau nanti disortir yang sedang disiapkan," ucapnya.
Baca juga:
Crowd Free Night Nanti Malam, Ini Ruas Jalan di DKI Dijaga Polisi
Kemenkes Klaim Pengendalian Covid-19 di Indonesia Dibanding 5 Negara Ini
2.525 Kasus Covid-19 di DKI Mayoritas Disumbang dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Catat, Nanti Malam Polda Metro Berlakukan Crowd Free Night di Kawasan Ini
Keterisian Tempat Tidur RS Rujukan Covid-19 di Jakarta Naik Jadi 54% dan ICU 18%