Pesawat jatuh terus ada apa dengan TNI AU?
"Ini harus di evaluasi bersama, karena ada masalah-masalah teknis yang harus kita perbaiki," kata Wawan.
Jatuhnya pesawat tempur Super Tucano milik TNI AU di Malang, Jawa Timur, kembali membuat catatan buruk kecelakaan pesawat militer di tanah air. Dari insiden nahas itu, 3 pilot terbaik dari AU dan satu warga harus tewas secara mengenaskan.
Ini bukan kali pertama pesawat militer mengalami kecelakaan sampai memakan korban tewas. Sebelumnya, pesawat milik militer juga pernah mengalami kecelakaan dan menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban.
Pengamat militer, Wawan Heri Purwanto mengatakan sudah seharusnya pemerintah khususnya TNI berbenah diri dan melakukan evaluasi terkait penyebab seringnya pesawat militer alami kecelakaan. Apa lagi, kecelakaan maut itu bukan pertama kali terjadi.
"Kalau masih juga ada seperti ini harus di evaluasi bersama, karena ada masalah-masalah teknis yang harus kita perbaiki," kata Wawan saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Rabu (10/1).
Wawan mengatakan salah satu poin penting yang harus dievaluasi adalah faktor pesawat mengalami kecelakaan. Di mana, penyebab dari sejumlah pesawat militer terjatuh karena mesin pesawat tiba-tiba mati.
Parahnya, nyawa si pilot harus terenggut lantaran kursi lontar tidak berfungsi dengan baik. Padahal, sebelum pesawat hancur berkeping-keping, si pilot berusaha keras terlepas dari maut dengan menggunakan kursi lontar. Namun, pelontar kursi itu tidak berfungsi semestinya.
"Oleh karena pihak AU dan para pakar pesawat berdiskusi bagaimana menciptakan pengamanan yang unggul, ternyata beberapa kali mesin pesawat mati dan kursi lontar juga mati. Dan ini membahayakan si pilot," tegasnya.
Selain persoalan mesin yang harus dievaluasi, Wawan meminta pemerintah dan TNI mempersiapkan sisi teknologi pesawat dengan baik. Para pilot pun diwajibkan menguasai segala bentuk kelemahan dari pesawat yang akan dikemudikannya.
Sekalipun, lanjut dia, setiap pesawat dengan pesawat lainnya memiliki prinsip kerja yang sama. Namun, ditegaskan Wawan sistem kerja setiap pesawat sangat berbeda.
"Dipersiapkan betul dari sisi teknologinya, terus pilot kuasai kelemahan dari pesawat itu sendiri," ujar dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Imparsial, Al Araf berpendapat sama dengan Wawan. Dia menilai pemerintah bersama dengan pihak TNI harus segera mengevaluasi jatuhnya pesawat Super Tucano tersebut.
Dia berharap, dari hasil evaluasi, pemerintah nantinya bisa membuat kebijakan-kebijakan baru terkait pembelian pesawat milik militer. "Pertama pemerintah harus mengevaluasi kebijakan pembelian pesawat, seperti memperhatikan peralatan perlengkapan kapal," tandas Al Araf.