Pindahkan jembatan apung, lima perahu digunakan sebagai penarik
Pindahkan jembatan apung, lima perahu digunakan sebagai penarik. Kerumunan orang terlihat sibuk mempersiapkan gelaran pemindahan jembatan apung yang dirakit di wilayah tersebut sejak beberapa bulan silam.
Pemandangan tak biasa terlihat di pinggiran Sungai Citanduy wilayah Desa Majingklak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat pada Minggu (6/11) pagi. Kerumunan orang terlihat sibuk mempersiapkan gelaran pemindahan jembatan apung yang dirakit di wilayah tersebut sejak beberapa bulan silam.
Jembatan yang terdiri dari rangka-rangka hollow menggunakan material baja ringan sudah mengambang di atas perairan muara sungai. Rangkaian rangka yang berdiri di atas dua pondasi ponton berukuran 4,6 meter x 8 meter bermaterial foam dan beton, tampak siap untuk dibawa menuju tujuan akhir, Dermaga Desa Ujungalang yang berjarak sekitar 11 meter dari lokasi perakitan tersebut.
Berbagai tali hingga sling baja terlihat mengikat jembatan apung yang akan ditarik lima perahu compreng untuk sampai di tujuan akhir. Masing-masing sisi jembatan apung ditempelkan dua perahu compreng yang bertugas mengangkat jembatan apung.
Tak hanya perahu compreng, beberapa perahu jukung milik warga Kampung Laut pun ikut diturunkan untuk membawa jembatan apung yang akan diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat. Arus Sungai Citanduy yang cukup tenang di Kawasan Segara Anakan ternyata cukup membantu memindahkan jembatan apung yang berlangsung hingga tiga jam.
Sepanjang perjalanan, beberapa manuver dilakukan untuk menghindari beberapa titik yang sempit dan berkelok.
"Ini Alhamdulillah ya, saya sempat deg-degan juga. Tiga jam untuk membawanya sampai sini," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR, Herry Vaza, Minggu.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kampung Laut yang ikut dalam proses pemindahan, Kustoro mengatakan memang dibutuhkan beberapa manuver untuk membawa jembatan apung melintasi perairan di Segara Anakan.
"Sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan perlu diperhatikan. Selain itu, manuver di beberapa bagian laguna yang sempit dan berkelok juga sangat dibutuhkan," ucapnya.
Tak heran, jika selama perjalanan, beberapa kapal serta perahu karet milik petugas dari Basarnas, Pos TNI Angkatan Laut di daerah Kampung Laut serta kepolisian diturunkan untuk mengamankan perairan yang ramai dengan hilir mudik kapal nelayan dan warga. Sepanjang jalan, warga Kampung Laut tampak sesekali memperhatikan jembatan apung yang baru kali pertama dibuat di Indonesia.
"Ini akan menjadi ikon kita ke depan, bagaimana kita bisa membangun daerah-daerah terluar dengan teknologi yang pas, artinya tidak mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan di lokasi," kata Herry.
Sesampainya di Desa Ujungalang, warga yang menunggu kedatangan jembatan apung sudah berkumpul di dermaga. Mereka ingin menyaksikan dari dekat jembatan yang akan menjadi ikon Kampung Laut di masa mendatang.
"Dengan adanya jembatan ini diharapkan bisa meminimalkan resiko perjalanan akan sekolah yang setiap hari harus menyebrang. Belum lagi untuk perekonomian, saya yakin akan terbantukan," ucapnya.
Meski begitu, diperkirakan peresmian jembatan apung pertama yang dibuat di Indonesia ini akan dilaksanakan pada 1 Desember 2016 mendatang. Saat ini, beberapa tahap penyelesaian akhir sedang dilakukan agar jembatan apung tersebut bisa bermanfaat bagi warga Kampung Laut.