PLN Menyalakan Asa Warga Pulau Eksotis di Selat Malaka
Saat ini PLN sudah mengalirkan listrik ke seluruh Rupat, yang terdiri dari 2 kecamatan, 24 desa, dan 12.884 KK. Jumlah yang dilayani mencapai 11.842 pelanggan, dengan jumlah desa dan dusun berlistrik sudah 100 persen.
Hamparan pasir putih sepanjang 20 kilometer, semburat arunika, semilir angin, dan debur ombak berkejaran menyatu dalam harmoni pagi garis khatulistiwa. Pemandangan elok itu bukanlah Bali, melainkan sebuah pulau eksotis yang berada di batas negeri.
Rupat, begitu nama pulau seluas 1.500 kilometer persegi atau dua kali luas Singapura itu dikenal. Dahulu, pulau itu hanya seperti seonggok tanah di tengah lautan. Kehidupan berjalan statis, layaknya pulau terpencil yang menghadapi beragam problematika klasik. Semuanya serba terbatas. Penyebabnya adalah tidak adanya pasokan listrik yang menjadi sumber kehidupan modern masa kini.
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
-
Apa strategi PLN dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia? Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo memaparkan strategi perseroan dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA/ Hydropower) di tanah air."Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan beragam sumber energi baru terbarukan. Khusus energi air, sebagai salah satu sumber energi terbesar, Air memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan hingga mencapai 95 GW, namun baru dimanfaatkan hanya sebesar 5,8 GW," papar Darmawan.
-
Apa yang menjadi pemicu semangat Jakarta Electric PLN untuk bangkit? Ketertinggalan menjadi sesuatu yang memacu semangat. Hal inilah yang berhasil dibuktikan oleh Jakarta Electric PLN yang berhasil comeback atas Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia.
-
Bagaimana cara PLTA Kracak menyalurkan listrik? “Jadi ini listriknya disalurkan ke Bogor, yang saat itu Buitenzorg sedang butuh, terutama untuk penerangan kantor gubernur. Setelah Buitenzorg memiliki penerangan, listrik disalurkan ke Tanjung Priuk untuk operasional Trem dan perkotaan,” kata sang kreator, Jejak Siborik.
-
Apa yang dimaksud dengan energi listrik? Energi listrik adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan, khususnya elektron, melalui suatu penghantar atau rangkaian tertutup.
Listrik seolah seperti barang mewah. Hanya keluarga kaya yang dapat menikmati siaran televisi, radio amatir, maupun minuman dingin lemari es.
Sementara bagi yang kurang beruntung, lampu teplok warga temaram berkedip-kedip dari kejauhan. Nyaris tak ada kehidupan ketika matahari mulai tenggelam.
Namun, pulau itu kini begitu bersinar. Namanya kian terang usai PT PLN (Persero) mengerahkan segala daya, menerobos sulitnya medan, melawan beragam tantangan, hingga menancapkan tiang-tiang dengan kabel menjalar menghampiri rumah-rumah warga.
PLN seolah "menyetrum" pulau itu untuk bangun dan mengejar ketertinggalan. Begitu cepat, saat ini Rupat bahkan digadang-gadang menjadi tulang punggung pariwisata Bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau. Harapan pemimpin negeri Melayu begitu besar hingga menjadikan Rupat sebagai sumber ekonomi di masa depan.
Secara geografis, Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, termasuk wilayah terdepan dan terluar Indonesia. Pulau itu persis di pinggir Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan negara tetangga, Malaysia.
Jarak tempuh dari garis pantai Rupat ke wilayah Malaka kurang dari satu jam. Kedekatan geografis itu membuat budaya Rupat tak jauh berbeda dengan negeri semenanjung Malaya. Bahasa, makanan, adat, nyaris sama.
Bahkan, sanak keluarga di Rupat bisa saja berada di Malaysia. Begitu juga sebaliknya. Kedekatan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi Rupat untuk menggaet pelancong yang masuk dari Negeri Jiran.
Pulau Rupat makin menggeliat usai PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) merampungkan jaringan kabel bermuatan subatomik menjalar dari daratan Sumatera menuju pulau yang berada di bibir selat tersibuk dunia tersebut.
PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Riau dan Kepri telah menuntaskan pengerjaan tower 20 KV yang menghubungkan listrik ke lokasi terakhir, Desa Hutan Samak dan Desa Titi Akar. Sebuah strategi yang tepat untuk menerangi surga terpendam hingga dilirik dunia.
Gubernur Riau Syamsuar berulang kali menyampaikan bahwa pasokan listrik PLN di Pulau Rupat harus dioptimalkan untuk sektor pariwisata. Apalagi Rupat sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Indonesia.
"Harapan kami sektor industri dan pariwisata di Pulau Rupat dapat dikembangkan dengan tersedianya pasokan listrik PLN ini," kata orang nomor satu di Bumi Lancang Kuning tersebut.
Saat ini PLN sudah mengalirkan listrik ke seluruh Rupat, yang terdiri dari 2 kecamatan, 24 desa, dan 12.884 KK. Jumlah yang dilayani mencapai 11.842 pelanggan, dengan jumlah desa dan dusun berlistrik sudah 100 persen.
Selain sektor pariwisata, dampak positif tentu terlebih dahulu menyapa warga. Sosial, pendidikan, dan ekonomi masyarakat tumbuh semakin cepat. Perbankan mulai muncul dan mempermudah akses pembiayaan
Kerja Keras
Dusun Hutan Samak menjadi saksi sekaligus lokasi terakhir yang terselesaikan dari masalah klasik, keterbatasan sumber listrik di perbatasan Indonesia.
Pembangunan jaringan di Rupat terbilang bukan pekerjaan mudah. Sejumlah rintangan harus diselesaikan para "prajurit perang" PLN. Kondisi alam berupa pasang surut air laut menjadi rintangan paling rentan. Puluhan pekerja harus bersahabat dengan alam karena izin lokasi pembangunan menara interkoneksi PLN di Pulau Rupat berada di bantaran sungai.
Jika pasang datang maka dengan berat hati mereka menghentikan pekerjaan, sedangkan saat air laut mulai surut maka mereka harus berpacu dengan waktu. Ancaman satwa liar, mulai dari ular hingga kemungkinan kemunculan buaya muara, tak menggerus semangat mereka.
Beruntung, hingga pemasangan selesai tidak ada gangguan berarti. Hanya kabut asap pekat sempat menyelimuti pulau itu pada awal tahun ini.
Pengentasan aliran listrik di Rupat diberikan tenggat waktu selama delapan bulan. Selama itu pula para pekerja mendirikan empat menara setinggi 35 meter. Niat dan kerja keras tanpa kenal lelah akhirnya membuahkan hasil dengan tersambungnya sistem kelistrikan menggunakan tower 20 KV sepanjang 400 meter di Hutan Samak dan 200 meter di Dusun Simpur.
"Alhamdulillah, pembangunan tower 20 KV telah rampung dan melayani masyarakat Rupat," kata Manager ULP Dumai Kota Jannatul Firdaus.
Pulau Rupat yang sejatinya telah tersambung aliran listrik melalui kabel bawah laut dari Kawasan Industri Dumai (KID), yang berada di Pulau Sumatera sejak 2013, kini benar-benar merdeka. Selain PLN, keberhasilan itu tak lepas dari bantuan masyarakat yang dengan ringan tangan bergotong-royong bersama.
Harta karun yang selama ini tersimpan rapi berupa hamparan pantai pasir putih, kekayaan budaya Melayu hingga Suku Akit, serta hasil tani, seperti nanas madu dan ikan, bisa tergali.
"Hadirnya PLN di tengah-tengah masyarakat dapat meningkatkan sektor perekonomian dan pendidikan," tuturnya.
Ibrahim, warga Pulau Rupat, tak kuasa menahan suka cita. Dia mengharapkan Pulau Rupat menjadi andalan Kabupaten Bengkalis yang hingga kini masih bergantung dengan sektor migas. Sektor pariwisata akan terus dikembangkan di pulau itu pada masa mendatang.
"Listrik dahulu seperti mimpi. Sekarang kami siap menyambut kehidupan baru yang lebih berkualitas dengan adanya listrik. Dari sektor pariwisata yang kita agungkan semoga terus berkembang dan Rupat bisa go internasional," harapnya.
Tumbuhnya UMKM
Madu kelulut, ikan salai, buah dan dodol nanas, durian, dan beragam olahan ikan, terlintas begitu saja di kepala kala berbicara tentang Pulau Rupat. Masyarakat yang kian melek teknologi usai "disetrum" aliran listrik PLN gencar memasarkan produk-produk khas mereka melalui media sosial.
Listrik jelas membawa perubahan. Kini beragam provider telekomunikasi bisa mendirikan menara base transceiver station (BTS). Masyarakat pun dengan mudah berselancar di dunia digital.
Hal itu menjadi keuntungan kala di masa pandemi ini. Mereka makin kreatif untuk berkreasi. Fitur marketplace di media sosial menjadi ajang memasarkan beragam produk andalan. Listrik seolah-olah telah menjadi jawaban dari berbagai hambatan.
Ilyas, seorang petani nanas di Pulau Rupat mengatakan dia bisa mengolah beragam buah, yang dibudidayakan bersama puluhan warga lainnya, menjadi beragam kudapan lezat. Dodol nanas salah satunya. Berbekal mesin pengolah sederhana, dia mengaku bisa melakukan pengolahan kapan saja tanpa harus dihantui ketiadaan listrik.
"Dulu kita berpikir berulang kali untuk membeli alat-alat pengolahan ini karena tidak ada listrik. Sekarang alhamdulillah bisa produksi kapan saja," kata dia.
Hal yang sama juga diutarakan Ali. Pengusaha ikan salai itu mengatakan produknya semakin dikenal setelah kerap diunggah ke media sosial. Ali juga mengakui bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Pulau Rupat makin semringah. Lapangan kerja pun otomatis terbuka lebar untuk mereka yang siap berubah.
Selain UMKM, keberadaan listrik 24 jam juga berdampak positif dengan bermacam bidang lainnya, misalnya untuk perbankan, transaksi keuangan, dan lainnya. "Kalau listrik mati, internet juga mati, semua bisnis berhenti. Kami sudah bergantung ke listrik sekarang," ujar Ali.
Selain sektor keuangan, berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM seperti bisnis di bidang jasa juga dilirik masyarakat setempat. Ada sejumlah usaha seperti fotokopi, foto studio, hingga laundry sudah dibuka dan menerima pesanan. Lapangan kerja juga terbuka luas, generasi muda ikut berkecimpung di bisnis jasa itu.
(mdk/yan)